Inspiratif, Seru, dan Penuh Makna
Jakarta, Trenzindonesia | Acara “Diskusi Riang Gembira Bersama Perempuan Hebat di Industri Film dan Musik Indonesia” sukses digelar oleh Forum Wartawan Hiburan (FORWAN) Indonesia bekerja sama dengan Kementerian Kebudayaan RI, Chic’s Music, dan Badan Pangan Nasional.
Berlangsung di Chic’s Music, Rawamangun, Jakarta Timur, Kamis, (19/12/2024), acara ini berhasil menggabungkan nuansa diskusi edukatif dengan hiburan yang penuh energi.
Dipandu oleh Novita Oesman sebagai MC, acara ini dihadiri sekitar 150 peserta dari berbagai komunitas seperti Jalan Jalan Santai (JJS’86 Jabodetabek), SILVERIAN’86 Bogor, Kami Perempuan Tangguh (KAPITA), dan Mata Langit. Diskusi ini berhasil menciptakan suasana yang santai namun tetap sarat makna.
Tidak seperti diskusi pada umumnya yang cenderung formal dan kaku, FORWAN Indonesia mengemas acara ini dengan pendekatan yang lebih santai. Sebelum sesi diskusi dimulai, peserta diajak bergoyang bersama oleh Vonny Sheila dan Nana Mardiana. Puluhan peserta dari komunitas yang hadir, langsung larut dalam irama musik.
Setelah sesi pemanasan yang meriah, diskusi yang dimoderatori oleh Telni Rusmitantri, dimulai dengan menghadirkan narasumber inspiratif, di antaranya Yatti Surachman, Nana Mardiana, Nita Yulianis (Plt Direktur Kewaspadaan Pangan dan Badan Pangan Nasional), Madeena (penyanyi dan pencipta lagu), serta Denti Putri Audyna (penulis novel).
Yatti Surachman, aktris senior dengan perjalanan karier lebih dari 50 tahun, berbagi kisah inspiratif tentang bagaimana ia bertahan di industri hiburan.
Yatti Surachman sebelumnya menceritakan awal mula terjun di dunia hiburan berkat foto yang diketahui sutradara film. Juga mengatasi kebosanan sebagai aktris dengan terlibat di pemutaran bioskop keliling di berbagai daerah, yang pemeran utama film tersebut dia sendiri.
“Waktu itu saya sudah bekerja di Elnusa Pertamina (sekarang PT Elnusa Tbk). Namun saya waktu itu suka menyanyi dan sering tampil di Ancol. Akhirnya pekerjaan itu saya tinggalkan dan saya berkecimpung di film,” kata wanita kelahiran Jakarta tahun 1957 ini.
Karirnya di dunia peran terus menanjak. Berbagai penghargaan diraihnya, salah satunya penghargaan Asia-Pacific Film Festival kategori Best Actres, 1980, berkat perannya sebagai Sum Kuning dalam film Perawan Desa.
Hingga saat ini Yatti masih main film. Pekan ini jadwalnya syuting cukup padat dan pekan depan terbang ke Ambon untuk syuting hingga 2 Januari 2025. Yatti mengaku bersyukur diberi Tuhan limpahan kesehatan dan kekuatan untuk tetap menjalani peran sebagai aktris film.
Diakuinya adanya campur tangan Tuhan di dalam karirnya sebagai artis. “Saya percaya adanya campur tangan Tuhan sehingga saya mempunyai kesehatan dan masih mempunyai kemampuan menghafal dialog-dialog panjang,” kata artis yang pernah bersumpah akan selalu menjadi artis film sampai akhir hayat ini.
Menurutnya, “Ikhlas adalah kunci utama untuk menghadapi berbagai ujian hidup.” Yatti juga membagikan pengalamannya saat bekerja tanpa dibayar dalam beberapa produksi film dan bagaimana ia merelakannya dengan lapang dada.
Sementara Nana Mardiana memulai sesinya dengan mengisahkan awal mulanya di panggung dangdut nasional sejak hijrah dari Medan ke Jakarta.
Membuatnya paling berkesan yaitu ketika mengenal Imam S. Arifin, penyanyi dangdut dan pencipta lagu. Sebelumnya Nana tidak pernah mengenal Imam S. Arifin (meninggal tahun 2021) sama sekali. Nana ditawari hijrah ke Jakarta dan dibuatkan lagu.
“Orang tua menyuruh saya menikah (dengan Imam S. Arifin), karena tidak boleh berdua-duaan,” kata penyanyi kelahiran Medan tahun 1971 yang tahun 1994 merilis album perdananya, Yang Tersayang, ini.
Karir Nana Mardiana sebagai penyanyi terus cerah. Berbagai album dia rilis. Nana kerap tampil duet dan mesra dengan Imam S. Arifin. Di tengah sukses ujian hidup tetap tidak lepas dari Nana, dan semua dihadapinya dengan ikhlas.
“Ketika saya mengalami musibah saya sebagai istri harus bangkit menyelamatkan ekonomi keluarga. Saya pernah menjadi supplier pasir dan batu di sebuah proyek. Saya jalani meski saya kurang PD, apalagi banyak juga pekerja proyek yang tahu saya sebagai penyanyi dan malahan minta foto bersama. Saya harus bangkit dan menerima kenyataan itu dengan ikhlas,” kata sarjana psikologi dari Universitas Medan Area ini.
Kadang Nana merenung terhadap profesinya sebagai supplier material bangunan di tengah kondisi ekonomi keluarga yang terpuruk. “Kok bisa?” itu pertanyaan yang kerap terlintas di hatinya ketika harus berperan sebagai supplier material di proyek.
Kedua narasumber sepakat bahwa di tengah gemerlap dunia hiburan, kesombongan adalah jurang menuju kehancuran. “Sombong hanya akan membawa kita jatuh. Kita harus tetap seperti padi, semakin berisi semakin menunduk,” pesan Yatti di penghujung diskusi.
Acara ini juga dimeriahkan dengan penampilan dari penyanyi Velline Ratu Ayu dan Viola Harahap. Selain itu, desainer Nina Nugroho memberikan apresiasi berupa hadiah spesial kepada tiga peserta dengan busana terbaik.
Acara ini bukan hanya sekadar diskusi, tetapi juga ruang bagi para perempuan untuk berbagi pengalaman, belajar, dan tentunya bersenang-senang. FORWAN Indonesia sekali lagi membuktikan bahwa diskusi yang edukatif juga bisa dikemas dengan suasana yang penuh kegembiraan.
“Acara diskusi perempuan hebat di industri film dan musik Indonesia, sesuai dengan namanya. Kita dibuat riang gembira, peserta tidak hanya disuguhi paparan dari narasumber yang sangat inspiratif tapi juga kita dihibur oleh penyanyi beken,” ujar Wahyu Hardaningtyas dari JJS’86 Jabodetabek
“Seru, ini acara keren banget, gak sia sia kami datang dari Bogor, selain dapat menikmati tema diskusi yang bermanfaat tentunya juga ikut bersuka cita bersama yang lainnya”, tambah Fifi Ferial dari SILVERIAN’86 Bogor. (Fjr)
