DARI KAU: KUPERJELAS
[Karya : Rai Prayoga]
Telah kau selancari tubuhku dari kepala hingga pangkal paha, sampai titik di mana jiwamu justru menemukan ketakutan paling maha. Aku pun runtuh bukan karena malam yang menghidangkan luka di atas meja, namun karena kulihat esok lusa alurnya kemana. Dalam kekeyalan dadaku, kukembalikan hak asuh bibirmu. Didiklah sepandai yang kau mau, seserakah kau mendidik keluguanku.
Kau cecap manis kalimat, “keluguanmu semacam busana yang telah tanggal dari tubuhku. Sejak kau undang bibirku berkemah ke dadamu. Sejak rawan kasihmu, sukar kukucilkan dari ingatan. Lantas sejak itu, aku bertuhan pada sesuatu yang (mungkin) dianggap keliru.”
Aku meramu, “telah kusediakan satu ruang bagimu semayam seumur bumi.”
Kau katupkan pintu, lekas pejamkan mata lampu agar tak ada yang menjadi saksi selain rindu. Bisikmu menghujamku, “sambutlah liat lidahku yang pelan menggulat di bibirmu, dengan gemas gigitan yang tak melukai nafsuku, Nona.”
Aku tergugu malu, mencoba tanya, “bagaimana menangguhkan dari kepala, agar dosa malu menggoda dan malam berhenti menawarkan ritual berbagi basah, Tuan?”
Merampas oksigen, kau selayak pemimpin kisah gelap sunyi yang merdu.
Tuan Rumah Usang
RAI PRAYOGA penyair penuh dilema ditiap karyanya yang mampu menghanyutkan rasa menghunjam cukup tajam. Bermain dalam suasana emosional mengaduk-aduk otak waras kita dibalik sosoknya sebagai guru pengajar SMP Kosgoro Kota Bogor.
(Catatan Saidy Poe untuk adikku Rai Prayoga)