Bogor, Trenzindonesia | Banyak masyarakat Bogor, terutama generasi muda, mungkin belum mengetahui sepenuhnya tentang salah satu pejuang yang menjadi ikon kota mereka, yakni TB Kapten Muslihat.

Ia adalah salah satu pahlawan Bogor yang turut berjuang melawan penjajahan Belanda selama Agresi Militer ke-2 setelah kemerdekaan Indonesia. Saat itu, di tahun 1945, Kapten Muslihat ditugaskan sebagai komandan Kompi IV Batalyon II Tentara Keamanan Rakyat (TKR) dengan pangkat Letnan Satu.
Salah satu bentuk penghormatan kepada beliau adalah sebuah patung berdiri yang menghadap ke Kebun Raya Bogor (KRB), yang dulu terletak di Taman Topi, kini sudah berubah menjadi Alun-Alun Bogor. Patung Kapten Muslihat tersebut di buat ulang dan kini terletak di pertigaan Jembatan Merah jalan Merdeka, Bogor.

Namun, jejak sejarah tentang TB Kapten Muslihat dan perjuangannya kian memudar seiring waktu. Dalam penelusuran terbaru oleh trenzindonesia.com, secara kebetulan ditemukan patung setengah badan sang pahlawan di Museum Perjuangan 45, yang terletak di Jalan Merdeka, Kota Bogor. Patung tersebut, yang memiliki tinggi dan lebar sekitar 45 cm, kini terlihat kusam dengan cat hijau pekat yang mulai memudar. Meski bentuk patung tersebut mendekati keaslian raut wajah sang pahlawan, tetap ada perbedaan dalam bahan dan bentuknya dibandingkan dengan patung-patung yang dibuat pada era sebelumnya.

Penemuan ini membawa pesan penting bagi semua pihak, terutama Pemerintah Kota Bogor (PEMKOT), untuk lebih memperhatikan dan memelihara warisan seni dan sejarah yang dimiliki. Patung TB Kapten Muslihat bukan hanya sebuah karya seni, tetapi juga simbol perjuangan dan kebanggaan Kota Bogor yang harus dijaga dan dipelihara dengan baik. Tidak hanya sebagai penghormatan terhadap pahlawan lokal, tetapi juga sebagai pelajaran bagi generasi penerus untuk memahami sejarah dan mempertahankan semangat patriotisme.
Sebagai masyarakat, kita perlu menyadari pentingnya menjaga hasil karya seni dan monumen yang menggambarkan perjalanan sejarah bangsa. Jangan sampai karya seni dan simbol perjuangan ini hanya dilihat selayang pandang, namun harus dirawat dengan baik agar nilai-nilai perjuangan yang terkandung di dalamnya bisa terus diwariskan kepada generasi mendatang.
Kisah TB Kapten Muslihat seharusnya tidak hanya menjadi cerita masa lalu, tetapi menjadi inspirasi bagi generasi milenial untuk terus menghargai jasa-jasa pahlawan yang berjuang demi kemerdekaan Indonesia. Dengan menjaga monumen seperti patung ini, kita ikut merawat sejarah dan mengenalkan kembali sosok pahlawan yang telah berkontribusi besar bagi kota kita.
Sebagai ikon yang tak hanya berwujud patung, nama TB Kapten Muslihat juga diabadikan dalam nama jalan utama di Kota Bogor. Ini adalah pengingat bagi kita semua bahwa di balik kemerdekaan yang kita nikmati hari ini, terdapat perjuangan berat yang harus dihargai dan terus diingat.
Semoga dengan adanya perhatian lebih dari pemerintah dan masyarakat, patung-patung serta simbol sejarah lainnya dapat dirawat dengan baik agar tetap hidup dalam ingatan dan menjadi warisan berharga bagi Kota Bogor. (Igon/Fjr)