Jakarta, Trenzindonesia | Sastrawan dan sosiolog terkemuka, Okky Puspa Madasari, mengangkat isu politik martabak dalam Pidato Kebudayaan bertema ‘Merawat Kewarasan dan MenumbuhkanKesadaran Masyarakat Indonesia’, yang dihelat di Gedung Balai Budaya, Jakarta, Jumat malam (2/2-2024).
Selain sastrawan dan sosiologi Okky Puspa Madasari, acara Pidato Kebudayaan yang dipandu oleh Supriyanto Martosuwito atau akrabnya dikenal dengan Dimas Supriyanto ini juga menampilkan budayawan Dr. Mohammad Sobari dan Ki Sujiwo Tejo. Tampak hadir puluhan budayawan, seniman, kaum intelektual, dan para jurnalis senior. Antara lain, Hamid Basyaib, Haris Jauhari, Butet Kartaredjasa, Nugroho F. Yudho, Arief Joko Wicaksono, dan Herman “Matt Bento” Wijaya.
Dalam pidatonya, Okky Puspa Madasari menyatakan bahwa politik saat ini dapat disebut sebagai “politik martabak,” yang tujuan utamanya adalah untuk membuat kenyang anggota kawanannya saja.
“Politik martabak adalah politik yang menghianati hati nurani rakyat,” tegas Okky Puspa Madasari dalam acara yang diinisiasi oleh dramawan Amien Kamil dan dihadiri oleh puluhan budayawan, seniman, kaum intelektual, dan para jurnalis senior.
Okky Puspa Madasari, yang pertama kali menyampaikan pidato dengan judul “Martabak Politik dan Intelektual Martabak,” mengkritisi kondisi sosial budaya saat ini yang dipengaruhi oleh politik yang tidak bermartabat. Menurutnya, politik yang tidak bermartabat dan kaum intelektual yang terlibat dalam praktik politik yang merugikan masyarakat.
“Mereka berkolaborasi menciptakan hantu-hantu, mitos-mitos, untuk melanggengkan kekuasaan,” ungkap Okky Puspa Madasari.
Dalam harapannya, Okky Puspa Madasari berharap suara rakyat pada Pemilu 2024 dapat membalikkan “martabak politik” menjadi “politik martabat.” Ia menekankan bahwa suara rakyat memiliki makna yang besar dalam mengembalikan martabat politik.
“Pemilu 2024 ini sangat bermakna untuk mengembalikan politik yang bermartabat,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Mohamad Sobary menyatakan bahwa politik adalah tanggung jawab bersama orang banyak, bukan sekadar hal personal. Ia menyoroti bahwa banyak orang merasa dilukai oleh kelakuan politik saat ini.
“Politik itu tanggung jawab orang banyak. Kini orang banyak merasa dilukai oleh kelakuan politik,” ujar Mohamad Sobary.
Sementara itu, Sujiwotejo menyampaikan bahwa saat ini terlalu banyak waktu yang terbuang untuk menuduh dan menghina-hina, serta menciptakan siklus hina-menghina yang tidak produktif.
Acara yang dipenuhi pengunjung ini juga menampilkan pembacaan puisi dan musik oleh Amien Kamil dan kelompok Republic of Performing Art yang dipimpinnya. (Fjr)