Trenz Film |Sudah menjadi kebiasaan produser film Indonesia yang senang bermain-main dengan tema Film yang sukses diproduksinya. Seperti halnya Manoj Punjabi yang sebelumnya enggan memproduksi film genre Horor, maka sebelumnya ada pantangan memasang nama MD Pictures untuk film horor yang diproduksinya. Manoj Punjabi selaku CEO MD Pictures lebih memilih nama Pichouse Films.
Tidak heran ketika Awi Suryadi menyodorkan film “Danur”, konon Manoj mewanti-wanti pada Awi agar tidak memasang logo MD Pictures dan namanya pada credits title maupun materi promosi lainnya.
“Bahkan rollbaner Danur pertama dipajang di deket toilet Lo,” kata mantan karyawan yang enggan disebutkan namanya.
Namun begitu film “Danur” sukses di pasaran dan dengan pencapaian hingga 2.7 juta penonton, Di film sekuel “Danur”, dengan gagahnya Manoj mengijinkan nama dan logo MD Pictures dipasang. Bahkan di film horor lainnya, sekarang pun tidak ada perbedaan, semuanya memasang nama MD Pictures.
Kembali kepada kesuksesan film “Danur: I Can See Ghost” dan juga “Danur 2: Maddah”, MD.Pictures kali ini mengangkat kisah ‘Asih‘ ke layar lebar.
“Danur ceritanya makin seru dan menarik diproduksi untuk cerita berikutnya. Dan saya makin optimis kalau Asih akan lebih sukses dari Danur sebelumnya,” kata Manoj dihadapan awak media usai nobar di bioskop XXI Epicentrum Kuningan Jakarta Selatan Rabu (3/10)
Manoj mengatakan bahwa “Asih” diangkat ke layar lebar di bawah payung Danur Universe. “Asih” sendiri merupakan salah satu makhluk halus yang sebelumnya diceritakan di film “Danur”.
Film “Asih” ini menceritakan perempuan malang yang mengakhiri hidup karena banyaknya kejadian naas yang menimpanya. Dia diusir dari rumah oleh ibu dan bapaknya, karena seorang laki-laki yang menghamilinya namun lari dari tanggung jawab.
Sementara, keluarga Asih jelas tidak akan menerima anak Asih yang baru lahir, karena dianggap sebagai aib keluarga. Semua orang kampung mencemooh Asih, tidak ada satupun yang membelanya, hingga semua hal itu membuat Asih menjadi gila dan kemudian tega membunuh anaknya sendiri. Asih menanggung kesedihan dan marah hingga akhir hayatnya. Dia pergi dengan tidak tenang malam itu.
Film “Asih” secara cerita lumatan menarik, apalagi Awi selaku sutradara cukup jeli dan detail. Penggarapan nya tidak sekedar menakut-nakuti penonton dengan musik yang mempengaruhi telinga dan mengagetkan penonton. Rasa horornya dibangun secara apik, beruntung penulis memiliki religi yang bagus. Sehingga adegan dengan nuansa religi ditampilkan, seperti azan saat penguburan ari-ari. Bahkan ketika teror Asih mulai menguat, Marini sebagai sosok ibu menetralisir dengan sholat dan zikir hingga tasbihnya putus. Meski adegan memakan ari-ari oleh Asih tapi Awi tidak lebay dengan menghadirkan darah yang lebay. Semua dengan takaran normal, sehingga film “Asih” jadi horor yang cerdas dan menghibur. Meski penonton diajak pada atmosfir tegangg yang membuat bulu kuduk berdiri tapi kuping tidak pecah dan jantung tidak berdetak kencang. Seperti pada film setan-setanan Indonesia pada umumnya.
Film “Asih” ceritanya diambil dari adaptasi novel karya Risa Saraswati, seorang vokalis yang hingga kini juga masih aktif bernyanyi bersama bandnya Sarasvati. Beberapa pemain kenamaan seperti Shaarefa Daanish, Citra Kirana, Darius Sinathrya, Alex Abbad dan Marini Sardi juga ikut berakting di film ini. Film Asih yang menyajikan sebuah tontonan horor nan cerdas akan tayang mulai 11 Oktober 2018 di bioskop-bioskop Indonesia. (Boeyil / TrenzIndonesia) |Foto: Boeyil