Apresiasi dan Gebrakan Film Pendek Indonesia ke Dunia
Jakarta, Trenzindonesia | Malam puncak Festival Film Bulanan (Fesbul) 2024 sukses digelar di Djakarta Theatre XXI, dengan tema “Genting Menjadi Penting.”
Acara ini menjadi momen spesial bagi sineas film pendek tanah air, mempertegas potensi besar industri film pendek Indonesia untuk bersaing di kancah internasional.
WamenEkraf Irene Umar dalam sambutannya menegaskan bahwa Fesbul bukan sekadar selebrasi, tetapi juga wadah untuk sineas muda Indonesia membangun fondasi kokoh di industri kreatif.
“Genting bagi kita untuk bersuara di dunia. Jadikan ini langkah awal membangun fondasi agar pesan kita tidak hanya didengar di Indonesia, tapi juga dunia. Dengan semangat 3P—Profit, People, dan Planet—kita bisa maju bersama,” ujar Irene.
Sejak dimulai pada 2021, Fesbul telah mengkurasi 1.965 karya film pendek dari 1.710 komunitas di seluruh Indonesia. Tahun ini, setiap bulannya dipilih dua film pendek terbaik dari berbagai kategori: fiksi, dokumenter, animasi, hingga eksperimental. Malam puncak Fesbul 2024 menjadi ajang apresiasi sekaligus dorongan untuk membawa ekonomi kreatif menjadi mesin pertumbuhan baru bagi Indonesia.
Bukan hanya soal jumlah, kualitas film pendek Indonesia juga diakui dunia. Fabien Penone, Dubes Prancis untuk Indonesia, menyebutkan potensi sineas Indonesia yang luar biasa.
“Film pendek Indonesia kini mampu tampil sejajar di festival internasional seperti Clermont-Ferrand. Ini membuktikan talenta dan keberagaman sineas tanah air sudah diakui dunia,” katanya.
Pendiri Fesbul, Abdul Manaf, berharap sineas bisa menjadikan karya film sebagai penggerak ekonomi.
“Konsistensi berkreasi akan mengangkat film menjadi sumber penghasilan menjanjikan. Dari sini, kita bisa memajukan ekonomi masyarakat,” ungkapnya.
Dari 19 nominasi, lima film pendek terbaik dipilih tanpa kategori juara. Wamen Irene menegaskan, “Menang atau tidak, kalian semua adalah pemenang! Kalian hadir dan membawa pesan penting yang layak diapresiasi.”
Berikut lima film pendek terbaik Fesbul 2024:
Last Chicken on Earth – Cinemahameru, Jakarta
Realita Merajut Cinta – Prodi Film & Televisi UPI, Bandung
No UFO Sightings in a Third World Country – Sunshower Films, Pekanbaru
In The Never Ending Whirl Of A Reel – Never-Ending Pictures, Jakarta
Kontapati – Asaloka Films, Yogyakarta
Dalam perayaan ini, Irene mengingatkan sineas muda untuk mengintegrasikan prinsip keberlanjutan dalam karya mereka. Konsep 3P (Profit, People, Planet) menjadi kunci agar industri film Indonesia tidak hanya menghibur tetapi juga berdampak positif secara sosial dan lingkungan.
“Keramahan dan ketulusan Indonesia sudah dikenal dunia. Kini waktunya kita maju, berdiri, dan membawa pesan global melalui karya film pendek,” tutup Irene. (Da_Bon/Fjr) | Foto: istimewa