Jakarta, Trenzindonesia | Setelah merilis trailer dan poster resmi yang mendapat sambutan positif, film terbaru garapan Joko Anwar, “Pengepungan di Bukit Duri” (judul internasional “The Siege at Thorn High“), kini menghadirkan serial video di balik layar.

Video ini mengungkap proses pembangunan dunia film yang berlatar di Indonesia tahun 2027, di mana Jakarta mengalami kemunduran dan kekacauan sosial.
Salah satu set utama dalam film ini adalah SMA Bukit Duri, yang dibangun di atas bangunan bersejarah Laswi Heritage di Bandung. Dalam cerita, sekolah ini awalnya merupakan penjara yang kemudian dialihfungsikan menjadi sekolah. Tim produksi harus mendesain ulang lokasi tersebut dalam dua tahap—sebagai bekas penjara dan sebagai sekolah yang beroperasi. Total ada 22 titik set yang dibangun, termasuk ruang kelas, ruang kepala sekolah, lorong, hingga ruang keamanan.
“Set sekolah ini awalnya adalah penjara yang direnovasi agar bisa digunakan sebagai sekolah. Kami ingin membangun latar yang kuat untuk mendukung cerita,” ungkap Joko Anwar.
Desainer produksi film, Dennis Sutanto, menambahkan bahwa pengerjaan set ini memakan waktu lebih dari dua minggu dengan melibatkan 60–70 orang tim set builder. Selain SMA Bukit Duri, film ini juga menampilkan latar lain, seperti kawasan pecinan bawah tanah yang menggambarkan kemunduran sosial dengan kondisi lingkungan yang kacau, sampah berserakan, dan coretan di berbagai sudut.
“Kami ingin menunjukkan suasana lebih brutal, di mana masyarakat mengekspresikan diri dengan cara yang salah, sehingga banyak terjadi perusakan,” ujar Dennis Sutanto.
Dari segi visual, sinematografer Jaisal Tanjung memilih kontras sebagai elemen utama dalam menentukan palet warna film. Pemilihan warna disesuaikan dengan karakter serta visi sutradara agar tampak alami dan mendukung cerita.
“Kami mengutamakan storytelling dalam visual daripada sekadar menciptakan gaya yang berlebihan. Harapannya, penonton bisa fokus pada karakter dan cerita,” kata Jaisal.
Joko Anwar menegaskan bahwa film ini bukan sekadar menggambarkan masa depan yang kelam, tetapi juga mengajak penonton berefleksi tentang kondisi Indonesia saat ini. Ia ingin menyampaikan pesan tentang dampak trauma yang tidak diatasi, yang bisa berujung pada kehancuran sebuah bangsa.
“Dunia dalam film ini sebenarnya tidak jauh dari kondisi Indonesia sekarang. Kami hanya memperbesar gambaran tentang apa yang terjadi jika trauma kolektif tidak diobati, yang bisa mengarah pada ketidakpercayaan dan kehancuran,” jelas Joko Anwar.
“Pengepungan di Bukit Duri” bercerita tentang Edwin (Morgan Oey), seorang guru seni di SMA Bukit Duri, yang berusaha mencari keponakannya yang hilang setelah kematian sang kakak. Di sekolah yang dihuni oleh murid-murid bermasalah ini, Edwin harus menghadapi berbagai tantangan. Ketika akhirnya ia menemukan keponakannya, kerusuhan besar melanda kota dan mereka terjebak di dalam sekolah, menghadapi para siswa brutal yang kini mengincar nyawa mereka.
Film ini merupakan produksi bersama antara studio Hollywood Amazon MGM Studios dan Come and See Pictures. Selain Morgan Oey, film ini juga dibintangi oleh Omara Esteghlal, Hana Malasan, Fatih Unru, Satine Zaneta, Dewa Dayana, Florian Rutters, Faris Fadjar Munggaran, Sandy Pradana, Raihan Khan, Farandika, Millo Taslim, Sheila Kusnadi, Shindy Huang, Kiki Narendra, dan Landung Simatupang.
“Pengepungan di Bukit Duri” akan tayang di bioskop Indonesia mulai 17 April 2025. Ikuti terus informasi terbaru mengenai film ini melalui akun Instagram @comeandseepictur. (Da_Bon/Fjr) | Foto: istimewa