Bahas Kondisi Film Indonesia dan Pemerataan Layar Bioskop
Jakarta, Trenzindonesia | Kabar baik buat pencinta film di seluruh pelosok Indonesia! Kementerian Kebudayaan kini sedang gencar mengupayakan pemerataan jumlah layar bioskop di berbagai daerah, tak lagi hanya terpusat di kota-kota besar atau Pulau Jawa.
Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, menjelaskan bahwa jumlah layar bioskop di Tanah Air masih tergolong minim dibandingkan dengan jumlah penduduk. “Ini langkah strategis untuk memudahkan akses hiburan dan menjadi bagian dari diplomasi budaya kita. Film itu medium yang mudah dicerna dan diterima dunia,” ujarnya dengan penuh optimisme, didampingi Wamen Giring.
Fadli Zon tidak hanya berfokus pada pemerataan layar bioskop di dalam negeri, tapi juga menginginkan film Indonesia semakin sering tampil di kancah internasional. “Saya berharap film Indonesia bisa meraih penghargaan bergengsi seperti film Korea. Negara kita besar, dan cerita yang kita punya tidak kalah saing,” katanya. Fadli menegaskan bahwa film pendek, dokumenter, hingga feature film Indonesia memiliki potensi besar untuk diakui dunia.
Acara yang dihadiri oleh sejumlah pelaku perfilman, seperti Hanung Bramantyo, Budi Sumarno, Djonny Syafruddin, Giunawan Pagaru, Parwez Servia dan Angga Dwimas Sasongko, menjadi momen penting untuk mendengar aspirasi langsung dari para sineas.
Para insan perfilman menyampaikan aspirasi berbagai hal yang ada di perfilman nasional. Sutradara Hanung Bramantyo mengusulkan adanya perubahan dalam penilaian di Festival Film Indonesia. Kata Hanung, sebaiknya film eksperimental jangan diadu dengan film cerita biasa.
Sebagai Ketua GPBSI, Djonny Syafruddin berbicara mengenai potensi bioskop di daerah. Karena jumlah bioskop masih belum mencukupi untuk penonton film, terutama di daerah kabupaten -kota. Usulannya adalah kerja sama antara pengelola bioskop dan pemda setempat dalam investasi membangun bioskop.
Sementara itu Gunawan Pagaru, Ketua Badan Perfilman Indonesia (BPI) mengusulkan agar Kementerian Kebudayaan ke depan memberikan perhatian kepada komunitas perfilman. Karena akan mendorong banyaknya program untuk memajukan perfilman nasional. Dari komuniras inilah berbagai input dan ide baru di bidang perfilman.
Usulan Gunawan Pagaru itu ditanggapi oleh Budi Sumarno, Ketua Cinta Fillm Indonesia (KCFI) yang mempunyai program rutin Inklusi Film di antaranya Training On Trainer bagi penggiat film disabilitas, Film Berbisik bagi penyandang tuna netra dan kegiatan lainnya bersama komunitas film di daerah daerah.
“Sayang waktunya terbatas, saya hanya bisa menyampaikan sekilas mengenai digelarnya FGD (Focus Group Discusion) untuk menyusun tools dan kerangka program bagi kaum disabilitas. Untuk menyamakan persepsi apa itu inklusi film,” ungkap Budi Sumarno. (Da_Bon/Fjr) | Foto: Istimewa
Philip Gravley
November 5, 2024Your comment is awaiting moderation.
naturally like your web-site but you need to take a look at the spelling on several of your posts. Many of them are rife with spelling problems and I in finding it very troublesome to inform the truth on the other hand I will definitely come again again.