Jakarta, Trenzindonesia | Film “Tale of the Land” yang terinspirasi dari kehidupan masyarakat adat di Kalimantan, siap memulai perjalanan internasionalnya dengan penayangan perdana di Busan International Film Festival 2024.

KawanKawan Media, rumah produksi yang sukses dengan karya-karya seperti “Autobiography” dan “Tiger Stripes“, merilis trailer resmi film ini yang berlatar alam dan perairan terbuka, menampilkan keindahan alam Kalimantan yang sarat akan elemen fantasi.
Film ini akan bersaing dalam program New Currents, salah satu kategori kompetisi utama di festival tersebut. “Tale of the Land” menandai debut Loeloe Hendra sebagai sutradara dan penulis. Bersama dengan produser Yulia Evina Bhara dan Amerta Kusuma, mereka menghadirkan sebuah produksi yang inovatif dengan sebagian besar adegan diambil di atas air, menciptakan pengalaman visual yang imersif.

Film ini mengisahkan kehidupan May, seorang gadis Dayak yang diperankan oleh Shenina Cinnamon. May mengalami trauma mendalam akibat kematian orang tuanya dalam sebuah konflik tanah, yang membuatnya tidak bisa menginjakkan kaki di daratan. Bersama kakeknya, Tuha (diperankan oleh Arswendy Bening Swara), May tinggal di rumah terapung yang terombang-ambing di atas danau, jauh dari daratan.
Menurut sutradara Loeloe Hendra, karakter May merupakan alegori yang mencerminkan tantangan masyarakat adat di seluruh dunia. “Film ini adalah refleksi dari imajinasi masa kecil saya dan realitas sosial yang terjadi di Kalimantan saat ini. Saya ingin mengangkat pertanyaan penting: bagaimana jika manusia tidak bisa lagi hidup di atas tanahnya sendiri?” ujar Hendra.
KawanKawan Media dengan bangga mempersembahkan bakat luar biasa dalam film ini. Shenina Cinnamon, yang dikenal lewat penampilannya di “24 Jam Bersama Gaspar“, kembali memukau dengan peran utamanya sebagai May. Ia beradu peran dengan Arswendy Bening Swara, yang dianugerahi Aktor Terbaik di Festival Film Internasional Marrakech 2022. Keduanya sebelumnya juga pernah berkolaborasi dalam “Badrun & Loundri“. Selain mereka, film ini juga dibintangi oleh Angga Yunanda dan Yusuf Mahardika.

Proses pengambilan gambar “Tale of the Land” menghadapi tantangan besar, terutama karena 90% film diambil di atas air, tepatnya di sebuah delta sungai yang berubah drastis selama musim hujan. Produser Yulia Evina Bhara dan Amerta Kusuma menjelaskan bahwa salah satu tantangan terbesar adalah menemukan momen yang tepat untuk pengambilan gambar ketika debit air berada pada puncaknya, sekaligus mengatasi cuaca ekstrem yang penuh dengan angin dan badai.
Meskipun menghadapi banyak rintangan, akhirnya film ini berhasil diselesaikan dan siap untuk diperkenalkan di dunia melalui Busan International Film Festival. (Da_Bon/Fjr)