Jakarta, Trenzindonesia | Dewan Pimpinan Pusat – Persatuan Artis Penyanyi Pencipta Lagu dan Pemusik Republik Indonesia (DPP PAPPRI) memperingati Hari Musik Nasional ke-21 dengan menggelar dua kegiatan bertahap, yaitu Talk Show dan Intimate Show dengan tema utama ‘Musik Untuk Semua’.
Acara berlangsung di Auditorium Abdulrachman Saleh, RRI Pusat, Jakarta, dan diresmikan oleh Ketua Umum PAPPRI, Tony Wenas.
Talk Show sesi kedua mengangkat tema “Roadmap Musik Indonesia – Peluang Ekspor Musik” dan menampilkan kejutan dengan kehadiran Gen Z Jinan Laetittia, seorang penyanyi, pencipta lagu, dan produser musik yang baru saja tampil di panggung Coldplay di Singapura. Jinan, alumni Seni Rupa ITB asal Bogor, mengungkapkan perasaannya terkejut mendapat tawaran membuka konser Coldplay setelah berkenalan dengan Chris Martin melalui mediasi Warner Music.
“Tentu saja mengejutkan, karena saya tidak pernah bermimpi bakal tampil di panggung superstar sebesar Coldplay. Awalnya, melalui mediasi Warner Music, saya diperkenalkan dengan Chris Martin, sambil makan malam bersama. Lebih kurang seminggu setelah dinner itu, saya mendapat tawaran, untuk tampil membuka konser Coldplay,” ungkap Jinan.
Kehadiran Jinan menjadi sorotan dalam sesi dialog yang diikuti secara langsung melalui siaran RRI Pro 1 dan live streaming RRI,Net. Dalam diskusi yang dimoderatori oleh Buddy Ace dan melibatkan Dino Hamid (Ketum APMI – Asosiasi Promotor Indonesia), Kadri Mohamad (Singing Lawyer), dan Dwiki Dharmawan (Sekjen PAPPRI), Jinan membagikan pengalaman proses kreatifnya yang dimulai sejak usia remaja.
Menanggapi pencapaian mengagumkan Jinan, Dwiki Dharmawan menyatakan keyakinannya bahwa para musisi seperti Jinan, Rich Brian, Niki, Sara Fajira, dan Weird Genius, telah berhasil melahirkan karya otentik yang mampu bersaing di tingkat internasional.
“Saya percaya bahwa Jinan dan nama lainnya yang kini dikenal dunia, karena mereka melahirkan karya yang otentik, bernuansa pop culture Indonesia, yang membuat mereka terdengar berbeda. Perbedaan itu membuat mereka didengarkan dan kini bisa bersaing dengan musisi mancanegara,” jelas Dwiki Dharmawan.
Dalam konteks Road Map Musik Indonesia, Kadri Mohamad menekankan pentingnya melihat aktivitas musik dari dua perspektif, yaitu kultural dan industrial. Setiap musisi memiliki karakter kultural yang sesuai dengan lingkungan tempat dia dibesarkan, namun, secara industrial, musisi harus berproses dan berjuang melalui konsepsi industri musik yang ideal.
“Saya percaya bahwa Industri Musik Indonesia telah mengalami kemajuan yang sangat berarti. Namun, saya berharap keterlibatan pemerintah dalam menghidupkan ekosistem musik lebih fokus pada regulasi, perizinan, keringanan pajak, dan hal-hal teknis administratif,” ujar Dwiki Dharmawan.
Sejarah Hari Musik Nasional, yang ditetapkan pada tahun 2013 melalui Keppres No.10 Tahun 2013, tidak lepas dari peran aktif PAPPRI sebagai organisasi yang menyatukan para pemusik nasional. Ketua Umum PAPPRI, Tony Wenas, menyatakan bahwa PAPPRI memiliki peran penting dalam mendorong perbaikan ekosistem musik di Indonesia.
“Konser Hari Musik Nasional ke-21 tahun 2024 akan menjadi bukti konkret seberapa kuat dan solid peran para musisi, baik secara kualitas maupun kuantitas,” tambahnya.
Deretan penyanyi dan grup musik ternama seperti Once Mekel, Andy Rif, Kaka Slank, Saykoji, Che Cupumanik, Syaharani, Netta KD, dan banyak lainnya akan tampil dalam konser tersebut. Melalui musik, pesan kebangsaan dapat diterima dengan penuh suka cita oleh masyarakat, khususnya anak-anak muda, dan semangat patriotisme serta nasionalisme akan terus tumbuh, menjaga eksistensi dan ketahanan bangsa.
“Konser ini dipersembahkan untuk memeriahkan Hari Musik Nasional yang ke-21, mengajak segenap rakyat Indonesia bernyanyi di setiap perayaan Hari Musik Nasional, setiap tanggal 9 Maret, serta menjadi momentum kearifan lokal menjadi basis utama Industri Musik Indonesia,” tutup Dwiki Dharmawan, Sekjen PAPPRI. (PR/Fjr)