Iwan Fals dan Radhar Panca Dahana : Semua Binasa Di LALUKAU
[IWAN FALS] 10.000 HARI + 1.000 ABAD [RADHAR PANCA DAHANA]
siapa,
bisa mengeja yang Maha Data
hingga 1.000 abad cuma percuma
lalu
kau tiada
aku pun binasa
Jakarta, Trenz Corner | Ini petikan puisi karya Radhar Panca Dahana, budayawan yang jadi buah bibir di hari-hari ini. Puisi tersebut berjudul ‘Semua Binasa’. Pada Selasa dan Rabu (18-19/02/2020) malam lewat pementasan Teatrikal, Puisi Spiritual LALUKAU persembahan Teater Kosong dan Radhar Panca Dahana, puisi itu dinyanyikan IwanFals di Gedung Kesenian Jakarta, Jakarta Pusat. Puisi yang kuat, dengan nyanyian Iwan Fals yang menghentak, benar-benar menggedor nurani. Publik yang terlena, yang tengah bermanja-manja dengan teknologi, digugat untuk sadar. Digedor agar tak larut dalam arus konsumsi.
maka,
10.000 hari habis telah
dengan sisipan kecerdasan-buatan
algoritma Ilahi mencerna maha-data
Publik yang terlena, ada di seluruh lapisan bumi. Mereka terbius oleh kemudahan teknologi. Mereka takjub pada berjuta temuan. Dari hari ke hari. Dari abad ke abad. Semua melenakan. Adakah yang sadar? Adakah yang menyadari, betapa temuan demi temuan tersebut, sesungguhnya adalah cengkeraman. Tiap orang dicengkeram dalam permainan. Tiap orang larut dalam keasyikan. Sebagian sampai lupa, siapa yang berada di sekitar. Malah ada yang sampai lupa diri.

Ada yang duduk berhadapan, tapi asyik sendiri-sendiri. Ada yang berbaring bersebelahan, tapi tak saling peduli. Itulah realitas kini. Realitas kemanusiaan yang menyakitkan. Berdekatan tapi saling tak peduli. Berjauhan tapi saling berbagi empati. Barangkali, itulah empati yang semu. Mungkin itulah kepedulian yang semu. Kita pun larut dalam kesemuan yang seolah-olah di alam bebas, tapi sesungguhnya kita berada dalam cengkeraman.
Cengkeraman yang menakjubkan, yang membuat kita tak mampu lepas dari ketergantungan. Kita merasa mandiri, tapi kemandirian yang semu, yang bergantung pada banyak hal. Pada banyak pihak. Adakah kita sadar? Adakah kita menyadari? Semua gugatan itulah yang dirasakan, saat mencermati nyanyian Iwan Fals, yang merupakan puisi karya Radhar Panca Dahana, berjudul ‘Semua Binasa’.

Puisi tersebut sesungguhnya puisi yang sarat dengan muatan religi. Ketakjuban kita pada apa yang ada di dunia, seringkali membuat kita lupa pada Sang Pencipta yang sesungguhnya. Perintah Iqro, perintah Bacalah, adalah perintah agar kita MEMBACA dalam artian yang sesungguh-sungguhnya. Dengan demikian, kita semakin menyadari, semakin mensyukuri, tentang kebesaran-Nya. Bukan melupakan-Nya, karena terlena oleh Dunia.

Puisi Semua Binasa tersebut adalah salah satu dari 80 puisi yang terhimpun dalam buku kumpulan puisi LaluKau karya Radhar Panca Dahana. Buku tersebut diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas tahun 2020. Sekali lagi, Nyanyian Iwan Fals ini adalah bagian dari pentas Teater Kosong, pentas teater multi media, bertajuk “LALUKAU” yang disutradarai Radhar Panca Dahana. Selain Radhar Panca Dahana dan Iwan Fals, penampil lain yang ikut menggemakan pentas Teatrikal ‘Puisi” Spiritual “LALUKAU” adalah Deddy Mizwar dan Niniek L Karim. Ada pula Aning Katamsi, soprano kondang, yang ikut memperkuat panggung sastra ini bersama Bianglala Voices. Plus musik orkestrawi dari pemusik Teater Kosong, Yaser Arafat ensemble.
Ini selengkapnya puisi tersebut:
Semua Binasa
maka,
10.000 hari habis telah
dengan sisipan kecerdasan-buatan
algoritma Ilahi mencerna maha-data
hanya,
tak ada digit tunggal terkata
tak ada “baca!”
walau,
bibirbibir bicara
lidah coba bermakna
ludah licin retorika
pun pikiran jadi raja
siapa,
bisa mengeja yang Maha Data
hingga 1.000 abad cuma percuma
lalu,
kau tiada
aku pun binasa
kosmos tak lagi kita
tertinggal mereka
melulu mereka
2019
(Isson Khairul /Fajar) | Video: Isson Khairul – Foto: Fajar Irawan