BALI, Trenzindonesia | Dalam perayaan Hari Penglihatan Sedunia, kita seringkali bersyukur atas anugerah penglihatan yang dimiliki. Namun, di balik cerita ini, terdapat kisah sedih Mahania LIDA, seorang penyanyi berbakat yang berasal dari Bali.
Mahania adalah penyanyi dengan suara emas, tetapi hidupnya telah diwarnai oleh perjuangan dan perlakuan tidak adil hanya karena dia adalah seorang penyandang tunanetra.
Mahania lahir di Bali, dari pasangan Supriadi dan Unaiyah, di Desa Air Kuning, Jembrana. Namanya telah mengharumkan Bali dan mendapat dukungan kuat dari pemerintah setempat. Mahania telah membuat penonton terkesima dengan suaranya yang luar biasa, bahkan ia pernah berduet dengan penyanyi-penyanyi ternama seperti Raja Dangdut H. Rhoma Irama, Rita Sugiarto, dan banyak lainnya. Bahkan, ia sering membuat para juri dalam ajang pencarian bakat meneteskan air mata saat melihat penampilannya di berbagai acara televisi swasta. Mahania, sudah menjadi sosok yang akrab bagi kita semua.

Ayah Mahania, Supriadi, selalu menjadi pendukung setia dalam perjalanan musik putrinya dan memberikan angin segar bagi karirnya. Namun, nasib Mahania kini tidak secerah suaranya dulu. Mahania mengaku bahwa ia tidak bernyanyi lagi, dan jika ada yang memintanya untuk bernyanyi, ia sering mendengar candaan dan kata-kata yang menyakitkan.
Mahania Seakan dilupakan Publik
“Ya saya hanya seorang anak tunanetra”. jawab Mahania, banyak kisah tak menyenangkan yang kerap diterima Mahania baik perlakuan sengaja dan tak sengaja
Seorang penyanyi penyandang Tuna Netra Asal Bali ini, ternyata kerap mendapatkan perlakuan yang tak pantas serta bulian dari beberapa orang, hanya karena Tuhan menakdirkan fisiknya yang kurang sempurna seperti orang lain pada umumnya. Menurut pengakuan Mahania sendiri, pada kamis 12 oktober 2023 kemarin, terkadang beliau juga kerab di undang di salah satu acara, namun tidak mendapatkan bayaran yang layak, bahkan beliau pernah juga di ludahi di depan umum hanya karena dia tak sengaja memecahkan gelas yang tersenggol.
Menangis namun tak berani bersuara disaat yang lain berbahagia dalam penglihatan yang terjadi sebaliknya pahit dan hinaan atas hal yang sepeleh
Tidak hanya sampai disitu saja, masih menurut pengakuan dari Mahania sendiri pula, bahwa dia juga kerap mendapatkan cacian dan makian serta mendapat perlakuan yang tentunya sangat-sangat tidak pantas di perlakukan pada penyandang tunanetra , seseorang apalagi hanya karena beliau menyandang nasib sebagai seorang tunanetra,
Hingga rasa trauma itu masih terus ia rasakan hingga saat ini, dan bahkan dia sendiri terkadang merasa tidak lagi memiliki rasa percaya diri seperti pada saat Dia masih mengikuti audisi di salah satu media swasta dulu. Bahkan terkadang dia juga kerap menolak saat di undang untuk tampil di panggung-panggung hiburan walau hanya sekedar untuk menghibur fansnya saja.
“Apa itu Ah Tunanetra bisa apa dia, sudah sudah jangan dilihat”, Ungkapnya dengan penuh kesedihan sembari menyeka pipinya yang tertetes air mata.
Kehidupan jauh dari sederhana dijalani Mahania dan keluargannya. sambil berurai airmata pada saat ia mencurahkan Ssemua perasaannya pada saat wawancara dengan trenzindonesia.
Baca Juga :
Hari Penglihatan Sedunia: Pentingnya Kesadaran Kesehatan Mata
Dan kebetulan pula pada saat itu bertepatan dengan peringatan Hari Penglihatan Sedunia yang di peringati pada setiap tanggal 12 Oktober yang kebetulan jatuh pada hari kamis kemarin.
Mahania menyampaikan pesan dan harapannya pada peringatan Hari Penglihatan Sedunia. Ia berharap agar keterbatasan yang dialami penyandang tunanetra tidak lagi menjadi bahan hinaan.
Semoga penglihatan kita tidak menjadi bahan yang menyakitkan untuk keterbatasan penyandang tunanetra.
Semoga saja hal serupa tak lagi dirasakan oleh Mahania-Mahania lainnya di negri kita tercinta ini.
Semoga kita semua bisa belajar untuk lebih memahami, menghargai, dan mendukung mereka yang mungkin berbeda, tetapi memiliki potensi dan bakat yang luar biasa.
Selamat Hari Penglihatan Sedunia. (Dandung Bondowoso / Fajar Irawan | Foto: istimewa