YOGYAKARTA, Trenzindonesia | Sarasehan Komunitas Jazz Indonesia (KJI) Tahun 2023 telah menjadi babak yang tak terpisahkan dari perhelatan Indonesian World/Jazz Meeting (IWJM).
Sebuah upaya besar untuk mempertemukan semua pihak terkait dunia jazz di Indonesia, rangkaian acara ini melibatkan Konferensi, Workshop, Sarasehan, Showcase, Festival, dan Networking.
Sarasehan KJI tahun ini dijadwalkan berlangsung pada tanggal 17 November 2023, bertempat di RnB Jl. R.W. Monginsidi No.37 Yogyakarta, dimulai pukul 19.00 WIB. Acara ini gratis dan terbuka untuk umum. Lokasinya tetap setia di Yogyakarta, menjadikannya sebagai pemanasan sehari sebelum acara Ngayogjazz. Hal ini dipilih dengan pertimbangan memberikan lebih banyak kesempatan bagi komunitas jazz daerah untuk tampil dalam Ngayogjazz.
Sebanyak 70 perwakilan komunitas jazz dari berbagai penjuru Indonesia dipastikan hadir, termasuk dari Semarang, Jogja, Bali, Bandung, Jakarta, Surabaya, Pekalongan, Magelang, Purwokerto, Solo, Kediri, dan sebagainya.
Acara ini akan diisi dengan perkenalan dari masing-masing komunitas, dialog interaktif dengan penyelenggara Festival Jazz dalam dan luar negeri, serta live band jam session untuk semakin menghidupkan suasana.
“Ini lebih dari sekadar pertemuan, tetapi sebuah momen untuk merayakan keberagaman jazz di Indonesia. Sarasehan ini bukan hanya tentang musik, tetapi juga tentang mempererat jalinan antar komunitas, bertukar ide, dan menjalin kolaborasi yang lebih erat di masa depan,” ungkap salah satu panitia penyelenggara.
Dengan mengusung semangat mendidik dan menghibur, Sarasehan KJI 2023 diharapkan tidak hanya menjadi pemanasan yang sempurna menjelang Ngayogjazz, tetapi juga sebagai wahana untuk memupuk kecintaan terhadap musik jazz Indonesia.
Sekilas KJI – Komunitas Jazz Indonesia
Embrio lahirnya KJI awalnya dimulai saat beberapa pengelola komunitas jazz sepakat bertemu di event Java Jazz 2005.
Berikutnya ditindaklanjuti saat Ngayogjazz 2009 di Pasar Seni Gabusan Bantul Yogya. Dari Ngayogjazz mengundang beberapa komunitas jazz di Indonesia. Saat itu beberapa komunitas yang datang adalah Komunitas Jazz Kemayoran, Klab Jazz Bandung, C Two Six (C26) Surabaya, Bali Jazz Forum,Batam Jazz Forum, Jazz Lover Pekalongan, Palembang Jazz Community, Riau Music Malay, Malang Jazz Society, dan Yogya Jazz Club.
Dalam pertemuan itu Beben dari Komunitas Jazz Kemayoran memberikan presentasi Mengelola dan Mengembangkan komunitas Jazz – Studi Kasus KJK.
Dalam presentasinya Beben menjelaskan bahwa dalam mengelola sebuah komunitas harus diawali dengan niat dan motivasi untuk mensosialisasikan dan mengembangkan jazz di masing-masing daerahnya. Dimulai dari hal yang kecil ngumpul bersama teman yang hobby dan menyukai jazz, dari sinilah makin berkembang yang akhirnya sampai pada taraf bahwa pertemuan rutin sebuah komunitas mulai mempunyai magnet daya tarik dari sisi marketablenya sehingga support akan datang dengan sendirinya, misalnya terkait alat+soundsystem,tempat main dll akan mulai disupport oleh pihak-pihak atau sponsor yang melihat potensi acara yang digelar komunitas.
Dari pertemuan komunitas jazz inilah didapat hasil kesepakatan bahwa dibentuk pusat komunitas jazz Indonesia yang menaungi seluruh komunitas jazz di Indonesia dan di wadahi lewat jaringan social media serta didukung oleh Agus Setiawan Basuni dari Wartajazz.Com kemudian mencoba mensinkronkan agenda kegiatan jazz di masing-masing daerah.
Berikutnya KJI sudah mempunyai sosial media resmi di Facebook dan Instagram serta WA grup. Proses pembuatan Logo resmi KJI juga melalui proses unik. Desain logo KJI dibuat oleh Imang Jasmine pecinta jazz yang juga seorang kreator desain dalam pembuatan batik Pekalongan. Logo juga disempurnakan oleh Dik Doank dengan menambah background peta Indonesia.
Dari sinilah mulai didata secara lebih terperinci komunitas komunitas jazz yang ada di Indonesia. Sampai Nopember 2023 ini terdata sekitar 65 komunitas jazz.
Kegiatan pertemuan atau serasehan untuk silahturahmi dan sharing diselingi jam Session KJI diadakan lagi tahun 2018 di Omah Potorono Jogya, hal ini atas inisiasi Mas Agung dari Komunitas Etawa, Pianis Yohanes Gondo yang selalu support komunitas dan Adji dari Palembang Jazz Community. Tiga tahun vakum karena ada Covid 19 dan kembali dimulai lagi tahun 2022 di Bakmi Maju Tak Gentar Jogya. (Dandung Bondowoso/Fajar Irawan) | Foto: Istimewa