BANTEN, Trenzindonesia | Selepas shalat isya, jamaah langsung bergegas menuju karpet yang terhampar di halaman Polda Banten. Mereka sudah tak sabar menanti kedatangan Habib Luthfi bin Yahya.
Dalam sekejap, seluruh permukaan karpet sudah penuh diduduki jamaah. Tentu tak mengagetkan, karena Habib Luthfi sudah dikenal secara luas, apalagi oleh masyarakat Provinsi Banten.
“Pesan kebangsaan sangat kental dalam dakwah Habib Luthfi. Di dalamnya, sudah tercakup tentang budaya, keberagaman, serta kebhinnekaan,” ujar Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto.
Karena itulah, untuk memperingati Isra Miraj pada Sabtu, 18 Februari 2023 ini, Polda Banten mengundang Habib Luthfi. Antusiasme masyarakat menjadi bukti bahwa pilihan Polda Banten, tepat adanya.
Dalam dakwahnya pada Sabtu itu, selain berkisah tentang makna Isra Miraj, Habib Luthfi secara spesifik menyebut Maulana Hasanuddin, pendiri Kesultanan Banten yang wafat pada tahun 1570.
“Bahkan, setelah ratusan tahun beliau wafat, sampai kini beliau masih terus memberi manfaat terhadap orang banyak,” tutur Habib Luthfi kepada ratusan jamaah yang hadir di Polda Banten.
Salah satu contoh manfaat tersebut adalah kehidupan ekonomi warga yang berada di seputar makam Sultan Maulana Hasanudin Banten dan Masjid Agung Banten Lama.
“Para tamu beliau datang silih berganti dari berbagai penjuru tanah air. Itu menumbuhkan usaha perdagangan, menghidupkan ekonomi warga setempat. Jika tak ada makam beliau di sana, tentu tak ada tamu yang datang dan tak ada usaha perdangan yang tumbuh subur di sana,” lanjut Habib Luthfi.
Artinya, warga Banten sesungguhnya sudah memiliki contoh kongkrit, bagaimana menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. Bukan hanya bermanfaat semasa hidup, bahkan terus bermanfaat setelah wafat.
Habib Luthfi menambahkan, jadilah manusia yang bermanfaat, berguna bagi sesama. Di tengah kondisi ekonomi setelah dilanda Covid-19, ada banyak peluang untuk menolong sesama. Banyak kesempatan untuk menjadikan diri kita berguna untuk orang banyak.
Foto-foto: Mada Mahfud
salam dari saya Isson Khairul
Persatuan Penulis Indonesia