Jakarta, Trenz News | Ulah Dewan Pengawas (Dewas) LPP TVRI yang memecat Helmy Yahya sebagai Dirut TVRI dan ngotot menggelar seleksi Direktur Utama pengganti Helmy Yahya, sempat menuai kekisruhan tersendiri. Dan situasi semakin bertambah runyam ketika Dewas menetapkan Iman Brotoseno sebagai Dirut TVRI Yang baru.
Entah apa kriteria Dewas mengenai sosok yang tepat untuk menjabat sebagai Dirut TVRI. Di era Helmy Yahya, berkat penayangan Liga Inggris, pamor TVRI kembali melambung dan mulai kembali dilirik masyarakat di tengah gempuran program TV swasta yang akhir akhir ini memang menjadi pilihan utama masyarakat untuk ditonton. Namun menurut Dewas, Kesalahan Helmy Yahya diantaranya karena terlalu kejar rating.
Sehingga meski ditenggarai jika Dewan Pengawas LPP TVRI tidak menjadikan proses uji kepatutan dan kelayakan sebagai instrumen seleksi pemilihan pejabat publik yang bersih, termasuk bersih rekam jejak kandidat Direktur Utama PAW TVRI, hingga pada akhirnya Iman Brotoseno ditetapkan sebagai Direktur Utama Pengganti Antarwaktu LPP TVRI periode 2020-2022 pada Selasa (26/5/2020) lalu.
Semestinya, kalau Dewas berpendapat bahwa TVRI gak perlu mengejar rating, maka baik Iman Brotoseno atau siapapun yang akan menjadi Dirut TVRI, tak akan masalah asal mampu bekerja sesuai visi dan misi TVRI.
Namun kenyataannya, pengangkatan Iman Brotoseno menjadi Direktur Utama TVRI, mengagetkan masyarakat bahkan menimbulkan polemik baru.
Selain penunjukan yang terkesan diam-diam, ternyata latar belakang Iman Brotoseno juga dipertanyakan. Diantaranya karena sebagian literasi bacaannya konon mengarah kekirikirian (tema tema komunis), juga karena hobby Iman yang mendalami fotografi dan videografi bawah laut , pernah membawanya menjadi kontributor Majalah Pria Dewasa Play Boy, serta cuitan di Instagram pribadinya yang cenderung liberal.
“Sebagai masyarakat, saya mempertanyakan kredibilitas Iman Brotoseno. Kita sama-sama tahu, TVRI sebagai tv publik yang jangkauannya sangat luas dan setiap tayangannya dicerna buat masyarakat di berbagai pelosok Tanah Air. Yang kita kawatirkan, pemahamannya tentang PKI yang sering dibacanya diselipkan pada program TVRI ini kan bahaya,” ujar Gamal Putra.
Belum lagi, Kata Dosen Tamu di Lemhanas dan beberapa Perguruan Tinggi ternama di Indonesia dan juga Praktisi Finance di Indonesia ini menambahkan, soal pornografi juga ditakutkan bisa mempengaruhi kebijakannya sebagai pemimpin televisi yang jangkauannya sangat luas.
“Sengaja atau tidak, apa yang sering terlintas dipikiran seseorang pasti akan diterjemahkan dalam kebijakan. La. Kalau ini sampai terjadi, coba bisa anda bayangkan dampak negatifnya buat bangsa ini” tandas Gamal.
Hal yang sama juga dikawatirkan Ustadz KH Lukman Sayadi MAG atau biasa di sapa Ustadz Joker. Ia berpendapat, pemimpin lembaga penyiaran publik yang ditonton puluhan juta penonton, harusnya memiliki background yang bersih.
“Amat disayangkan pemimpin lembaga penyiaran publik, memiliki latar belakang bacaan tentang partai yang dilarang pemerintah serta tentang pornogafi.” Ujar Ustad Joker.
Karenanya Ustad Joker mempertanyakan penunjukan Iman Brotoseno sebagai Direktur Utama TVRI.
“Apa nggak ada yang lebih baik dari dia? Karenanya, saya berharap kepada MUI dan pemerintah untuk meninjau ulang penunjukan Dirut TVRI,” tegas Ustad Joker.
Kalaupun keputusan penunjukan Iman Brotoseno tidak bisa di anulir, Ustad kharismatik ini berharap ada tim pemantau tayangan TVRI.
“Sehingga kalau ada tayangan yang tidak sesuai norma dan adat ketimuran, bisa segera di antipasi,”, tandas Ustad Joker
Sementara Iman Brotoseno yang dihubungi secara terpisah, menyayangkan sikap sebagian masyarakat yang menuduh dirinya PKI Lantaran cuitan di sosial media.
“Sangat sempit jika menuduh saya PKI dari tulisan tulisan saya di medsos. Jelas semua orang terutama hampir 90 ribu follower di Twitter justru melabelkan saya sebagai nasionalis dan mengusung paham kebangsaan. Semua untuk Merah putih. Sehingga dalam praktek sering terjadi ruang diskusi dengan pengusung paham lain. Tapi jika melabelkan lawan dengan tuduhan PKI sungguh cara yang tidak elegan, terutama ditujukan untuk menjatuhkan pihak yang dituduh seperti dialami oleh Presiden Joko Widodo.” Ujar Iman Brotoseno saat dihubungi via ponselnya.
Iman juga menyayangkan sikap sebagian masyarakat yang suka memelintir setiap permasalahan yang timbul.
“Terus terang pembicaraan di sosial media beberapa hari ini memang merepotkan terutama hal-hal seperti ini selalu dijadikan bahan plintiran dan framing, dari banyak pihak yang tidak bisa atau tidak sempat melihat secara utuh dan kontekstual apalagi mendalami pemikiran dan prinsip kenegaraan saya. Sehingga sekali lagi saya menyatakan saat ini saya memilih mengnonaktifkan akun twitter dan berbagai kanal sosial media pribadi agar dapat fokus bekerja melaksanakan tugas dan amanat yang dipercayakan kepada saya oleh Dewan Pengawas LPP TVRI ujar Iman Brotoseno.
Ia juga memohon agar seluruh masyarakat mendapatkan pengertian Kepada masyarakat.
“Sebagai pribadi saya menganut paham nasionalis dan menjunjung tinggi paham kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar Negara Pancasila dan UUD ’45. Seluruh tulisan baik di ranah sosial media adalah dialektika pemikiran yang tidak pernah mengubah ideologi kebangsaan yang selalu saya junjung. ” Tandas Iman Brotoseno. (Tebe/Fjr) “: Foto: Istimewa