Jakarta, Trenzindonesia.com | Penunjukan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) dari latar belakang militer kembali menjadi sorotan publik. Direktur Eksekutif Human Studies Institute (HSI), Rasminto, menekankan bahwa kriteria utama dalam memilih Kepala BIN bukan hanya soal latar belakang institusi, melainkan integritas, kapabilitas, dan pengalaman strategis.
“Siapapun yang menjabat sebagai Kepala BIN, baik dari militer, Polri, atau sipil, harus memiliki integritas, kapasitas, serta kemampuan manajerial dan kepemimpinan. Ini syarat mutlak untuk menghadapi tantangan intelijen yang semakin kompleks,” ujar Rasminto dalam wawancara pada Rabu (8/1).
Peran Strategis BIN Melampaui Isu Militer
Rasminto menilai, meskipun figur berlatar belakang militer memiliki keunggulan tertentu, tugas BIN tidak hanya terbatas pada isu-isu pertahanan. “Figur seperti Letjen Purn. M. Herindra memiliki kemampuan membangun sinergi dengan TNI-Polri, mitra utama BIN. Namun, tugas BIN juga mencakup tantangan non-militer seperti ancaman siber, terorisme, ekonomi global, hingga geopolitik,” jelasnya.
Menurutnya, kualifikasi Kepala BIN harus mampu melampaui sekadar latar belakang institusi dan berfokus pada kecakapan lintas sektor. Hal ini sesuai dengan amanat UU No. 17 Tahun 2011, yang menempatkan BIN sebagai koordinator fungsi intelijen nasional.
“Kepala BIN harus memiliki kemampuan komunikasi dan koordinasi dengan berbagai kementerian dan instansi lain yang memiliki fungsi intelijen. Ini adalah tugas yang multidimensi, tidak bisa hanya mengandalkan pengalaman militer,” tambah Rasminto.
Penunjukan Letjen Purn. M. Herindra
Menanggapi penunjukan Letjen Purn. M. Herindra oleh Presiden Prabowo Subianto, Rasminto menilai bahwa pertimbangan strategis menjadi faktor utama. Dengan pengalaman panjang di dunia militer, mulai dari Danjen Kopassus hingga Wakil Menteri Pertahanan, Herindra dianggap memiliki modal yang kuat untuk memimpin BIN.
“Yang lebih penting adalah bagaimana beliau mengadaptasikan pengalaman tersebut dalam menghadapi isu-isu intelijen nasional yang semakin kompleks,” kata Rasminto.
Penunjukan Letjen Purn. M. Herindra
Menanggapi penunjukan Letjen Purn. M. Herindra oleh Presiden Prabowo Subianto, Rasminto menilai bahwa pertimbangan strategis menjadi faktor utama. Dengan pengalaman panjang di dunia militer, mulai dari Danjen Kopassus hingga Wakil Menteri Pertahanan, Herindra dianggap memiliki modal yang kuat untuk memimpin BIN.
“Yang lebih penting adalah bagaimana beliau mengadaptasikan pengalaman tersebut dalam menghadapi isu-isu intelijen nasional yang semakin kompleks,” kata Rasminto.
Hindari Dominasi Satu Institusi
Rasminto juga menyoroti pentingnya menghindari dominasi satu institusi tertentu dalam kepemimpinan BIN. “Keberhasilan BIN tidak ditentukan oleh apakah pimpinannya berasal dari militer atau sipil, tetapi dari kemampuannya memahami dan mengelola tantangan lintas sektor dan lintas disiplin,” tegasnya.
Ia menambahkan bahwa isu-isu seperti ancaman siber, stabilitas ekonomi, hingga perubahan geopolitik global membutuhkan strategi yang holistik. “Adaptasi terhadap tantangan non-militer adalah kunci keberhasilan BIN ke depan,” paparnya.
Harapan untuk Kepemimpinan BIN
Rasminto optimistis dengan rekam jejak Letjen Purn. M. Herindra. “Dengan pengalaman dan sinergi lintas sektor yang terbangun, saya percaya BIN akan menjadi institusi yang adaptif dan inovatif. Fokusnya harus pada strategi intelijen yang relevan dengan kebutuhan bangsa di era modern,” tutupnya.