Puluhan aktivis muda penggiat hak anak mengikuti pelatihan jurnalistik dari Yayasan Rumah Kita
Jakarta, Trenzindonesia.com | Upaya mencetak generasi muda yang peduli pada persoalan anak terus digencarkan. Puluhan aktivis muda penggiat hak anak dari berbagai kecamatan di Jakarta Timur mendapat pelatihan jurnalistik dari Yayasan Rumah Kita, Minggu (26/10/2025). Melalui kegiatan bertema “Dukung Jurnalis Muda, Suarakan Hak Anak”, para peserta diajak memahami hak-hak dasar anak sekaligus belajar menulis berita yang inspiratif dan berdampak sosial.
Pelatihan yang berlangsung di Kelurahan Cipinang Besar Utara, Kecamatan Jatinegara ini diikuti oleh perwakilan Forum Anak Kota Jakarta Timur dari sepuluh kecamatan. Kegiatan tersebut merupakan kolaborasi antara Yayasan Rumah Kita, Dinas Pemuda dan Olahraga (Dispora) DKI Jakarta, dan Forum Anak Kota Jakarta Timur, sebagai bagian dari gerakan literasi anak dan penguatan kapasitas aktivis muda.
Menulis untuk perubahan sosial

Salah satu peserta, Syiffa Aulia Fikryani, mengaku pelatihan ini memberinya wawasan baru tentang pentingnya menulis isu-isu anak dengan cara yang positif dan membangun.
“Kegiatan ini sangat positif. Saya jadi paham apa saja hak anak, dan juga belajar dasar-dasar jurnalistik. Ini penting agar kami semangat menulis dan mampu bercerita tentang persoalan anak dengan baik,” ujarnya antusias.
Syiffa berharap pelatihan serupa bisa digelar secara rutin agar semakin banyak anak muda yang memiliki kemampuan menulis dan menyuarakan isu-isu sosial melalui media.
“Kami ingin terus menulis, karena lewat tulisan kami bisa menginspirasi banyak orang dan membuat masyarakat lebih peduli terhadap hak anak,” tambahnya.
Melatih kepekaan dan tanggung jawab sosial
Dalam sesi pelatihan, para peserta tidak hanya belajar teknik dasar menulis berita, tetapi juga bagaimana memahami angle yang menarik, akurat, dan berpihak pada kepentingan anak. Para fasilitator juga menekankan pentingnya nilai empati dan tanggung jawab sosial dalam setiap karya jurnalistik.
Narasumber utama, Inggar Saputra, mengingatkan bahwa menjadi jurnalis muda berarti siap untuk terus belajar dan berani bersuara.
“Menjadi jurnalis itu berarti rajin membaca, rutin menulis, dan peka terhadap fenomena sosial di sekitar kita. Anak muda harus berani menulis, karena lewat tulisan, mereka bisa memperjuangkan keadilan bagi anak-anak di lingkungannya,” jelas Inggar.
Kolaborasi untuk mencetak jurnalis muda peduli anak

Pelatihan ini menjadi langkah nyata kolaborasi antara pemerintah, lembaga sosial, dan komunitas anak dalam memperkuat literasi media dan partisipasi anak. Menurut pihak Yayasan Rumah Kita, kegiatan seperti ini penting untuk membangun budaya menulis dan berbicara yang beretika di kalangan generasi muda.
Melalui program “Dukung Jurnalis Muda”, Yayasan Rumah Kita berharap lahir lebih banyak jurnalis muda peduli anak, yang tidak hanya piawai menulis tetapi juga memiliki kepekaan terhadap isu-isu kemanusiaan.
“Puluhan anak yang ikut pelatihan ini adalah calon jurnalis masa depan — kreatif, kritis, dan peduli sosial. Kami ingin kegiatan ini menjadi wadah untuk membentuk karakter dan memperkuat gerakan literasi anak di Jakarta,” ujar salah satu panitia pelaksana.
Literasi dan empati di era digital
Kegiatan ini juga menjadi pengingat pentingnya literasi digital di era media sosial. Dengan kemampuan jurnalistik yang benar, anak muda diharapkan tidak hanya menjadi konsumen informasi, tetapi juga produsen konten positif yang mengedukasi masyarakat.
Pelatihan sehari ini pun ditutup dengan pesan inspiratif dari para fasilitator: “Menulis adalah cara untuk peduli, dan setiap tulisan yang jujur adalah langkah kecil menuju perubahan besar.”
