Trenz Edutainment | Selama bulan Oktober, Galeri Indonesia Kaya persembahan Bakti Budaya Djarum Foundation, merayakan Hut Ke-4 nya yang jatuh pada 10 Oktober dengan menghadirkan para pelaku seni dan mempersembahkan sajian seni yang menghibur dan bermanfaat di setiap akhir pekannya.
Dengan mengusung tema utama ‘Bhineka Itu Ika’, pada Sabtu, (7/10), Galeri Indonesia Kaya menghadirkan kelompok seni keroncong bernama Sinten Remen yang tampil bersama Millane Fernandez dalam pertunjukan berjudul ‘Konser Musik Keroncong: Indahnya Kebersamaan’ di Auditorium Galeri Indonesia Kaya.
“Sudah empat tahun perjalanan Galeri Indonesia Kaya untuk senantiasa mendukung para seniman Indonesia untuk terus berkarya, menggali potensi, berinovasi dan melestarikan keindahan serta keragaman budaya Indonesia. Proses melestarikan warisan luhur budaya bangsa ini merupakan tugas kita bersama, karena itu Galeri Indonesia Kaya mengangkat tema Bhinneka Itu Ika yang menghadirkan ragam pelaku seni untuk mengenalkan dan meningkatkan rasa cinta dan bangga terhadap seni budaya Indonesia,” ujar Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation.
Sinten Remen dalam Konser Musik Keroncong menampilkan lagu-lagu daerah, lagu nusantara seperti lagu daerah Sumatera, Jawa, Indonesia Tengah maupun Indonesia Timur yang dikemas dengan musik keroncong yang modern tapi tetap khas. Penampilan ini didedikasikan pada bangsa pada rangkaian acara Ulang Tahun Galeri Indonesia Kaya.
Pertunjukan Konser Musik Keroncong Indahnya Kebersamaan dibuka dengan lagu Geef Mij Maar Nasi Goreng, dilanjutkan dengan lagu Kampuang Nan Jauh di Mato-Cublak-Cublak Suweng-Sajojo yang dibawakan secara medley, Made Cenik, EsLilin, Nina Noi, dan Kepompong. Ditengah pertunjukan, Sinten Remen memanggil penyanyi wanita muda berbakat yaitu Millane Fernandez yang tampil cantik dengan balutan kebaya.
Millane Fernandez tampil menghibur penikmat seni dengan suara merdunya dalam lagu Bubuy Bulan dan Hitam Manis. Kemeriahaan pertunjukan kemudian dilanjutkan dengan dibawakannya lagu I Will Always Love You yang dipopulerkan oleh Whitney Houston dalam kemasan musik keroncong yang menghibur oleh Sinten Remen. ‘Konser Musik Keroncong Indahnya Kebersamaan’ ini kemudian ditutup oleh lagu All Night Long yang dipopulerkan oleh Lionel Richie dan serentak tepuk tangan penonton pun terdengar meriah.
Sinten Remen kali pertama dibentuk di Bantul, Yogyakarta. Waktu itu, akibat dari penilaian dan kegelisahan para penggemar orkes keroncong yang sejak dulu hingga sekarang ini perkembangan musik orkes keroncong bisa dikatakan “jalan di tempat”. Untuk itu, pada tahun 1997, dibentuk satu komunitas musik keroncong yang kemudian diberi nama Orkes Sinten Remen.
Tidak memasukan kata Keroncong pada namanya, Orkes Sinten Remen dibentuk untuk menindaklanjuti perkembangan musik secara multidimensi dan tidak membatasi musik lain untuk masuk dan dari segi penggarapan dan aransemen sendiri agar lebih cenderung bebas kearah mana yang dituju. Dengan adanya embel-embel kata keroncong pada nama Orkes Sinten Remen, akan lebih membatasi ruang gerak dalam aransemen dan penggarapannya.
Sinten Remen sendiri sebenarnya merupakan tindak lanjut dari Orkes Keroncong Taman Budaya (OKTB) yang berdiri kurang lebih pada tahun 1980-an.
Orkes Sinten Remen bisa dikatakan urakan dan ndhugal, bahkan sering disebut kenthir atau gila ini, mencoba mengolah kembali musik keroncong yang semula mapan dan cenderung menjadi klangenan (kegemaran) itu, menjadi musik yang lebih progresif. Progresivitas itu tampak antara lain dalam irama, beat, dan jugasyair-syair yang tidak lagi berbau “rayuan pulau kelapa” alias romantic belaka, melainkan lebih kontekstual dengan keadaan dan kondisi sekarang ini.
Aransemen “dikopyok”, itulah konsep bermusik orkes Sinten Remen. Yaitu, cara bermusik yang tidak ikut aturan main yang berlaku. Konsep bermusiknya didasarkan dari musik keroncong. Jenis musik yang pernah amat popular pada zamannya.
Semula keroncong memiliki kekayaan model “tetabuhan”, seperti keroncong stambul, keroncong langgam, keroncong moresko, juga jenis “keroncong tugu” yang kini berhenti sebagai “musik kelangenan”. Dan dalam Orkes Sinten Remen diambil unsur-unsurnya saja yakni, instrumen cello, cuk, dan gitar juga beat, melodi dan temponya. Di tengah pendekatan country, reggae dan jazz tadi, ditambah alat musik pendukung seperti kendangdan drum, identitas keroncong tetap nyata hadir dan kini Sinten Remen lantas menjadi funky, berdarah anak muda. (pr/Fjr) | Foto. Dok. Galeri Indonesia Kaya