Aktor Senior Pong Hardjatmo Siapkan Kongres PARFI
Jakarta, Trenzindonesia | Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) kembali menjadi sorotan. Kali ini, bukan soal produksi film atau prestasi anggotanya, melainkan polemik internal dalam pemilihan Ketua Umum (Ketum) baru untuk periode 2025-2030.
PB PARFI, melalui Panitia Seleksi yang diketuai oleh aktor senior Pong Hardjatmo, mengumumkan pendaftaran calon Ketum PARFI mulai 20 Februari hingga 10 April 2025. Namun, hal ini bertabrakan dengan agenda Kongres PARFI yang sudah disiapkan oleh Caretaker, diketuai oleh artis Mutiarasani, yang dijadwalkan pada 19-20 Februari 2025 di Auditorium RRI Jakarta.

Ketidaksepahaman ini menimbulkan pertanyaan besar di kalangan anggota. MabesNews.com mencoba mengonfirmasi kepada salah satu anggota Caretaker Kongres PARFI, Saepul Amri, melalui pesan WhatsApp. Ia tidak banyak berkomentar, hanya mengirimkan bukti video pernyataan Sekum PB PARFI Gustiranda dan video pernyataan Ketum PB PARFI, Alicia Djohar, yang mengumumkan penundaan Kongres hingga April 2025.
“Biarkan sajalah, kita fokus dengan persiapan Kongres PARFI yang sudah matang ini,” ujar Saepul Amri singkat.
Di sisi lain, Pong Hardjatmo selaku Ketua Panitia Seleksi menyatakan bahwa dirinya memang diamanahkan sebagai ketua seleksi, tetapi ia masih perlu mengonfirmasi lebih lanjut kepada PB PARFI.
“Saya belum bisa bicara banyak karena masih harus mengkomunikasikan hal ini dengan yang menunjuk saya sebagai Ketua Panitia. Kalau tidak ada tangan saya, maka itu tidak sah,” tegas Pong.

Meskipun begitu, Pong menaruh harapan besar agar PARFI dapat menjadi rumah bagi insan perfilman Indonesia.
“Saya sudah lama di PARFI, tapi mengurus organisasi sebesar ini tidak mudah. Dibutuhkan kerja sama solid antara pengurus dan anggota, tidak bisa berjalan sendiri-sendiri. Saya berharap ke depannya PARFI benar-benar menjadi wadah yang menaungi semua insan film,” tambahnya.
Dua Kubu, Satu Organisasi
Menanggapi situasi ini, Pj Ketua DPP PARFI, Sultan Saladin, menyatakan kebanggaannya terhadap banyaknya orang yang peduli pada PARFI. Namun, di sisi lain, ia juga menyayangkan perpecahan yang terjadi.
“Di satu sisi, kita bangga banyak orang yang cinta PARFI, tapi di sisi lain, kita juga sedih melihat PARFI terpecah belah. Saya tidak memihak kepada kedua kubu ini, baik PB PARFI maupun Caretaker,” ujarnya.
Saladin juga mempertanyakan kejelasan kepengurusan hasil Kongres Caretaker.
“Pengurus yang terpilih nanti mau berkantor di mana? PB PARFI berkantor di PPHUI dan akan melakukan seleksi sendiri. Jadi, tentu hasil pemilihan merekalah yang akan menduduki kantor di PPHUI. Sementara Kongres yang dilaksanakan oleh Caretaker bukan program dari DPP PARFI. Apakah mereka akan membuat kantor sendiri?” tanyanya.
Selain itu, Saladin juga menyoroti transparansi dana yang digunakan untuk Kongres versi Caretaker.
“Apakah nanti penggunaan dana tersebut bisa diaudit? Karena PARFI ini adalah organisasi profesi,” tegasnya.
Terlepas dari segala polemik yang terjadi, masyarakat pencinta film Indonesia tentu berharap agar para artis tetap bersatu dalam satu wadah, yakni PARFI. (Da_Bon/Fjr) | Foto: Istimewa