Jakarta, Trenzindonesia | Film “Sheriff: Narko Integriti” yang akan segera tayang di Bioskop mulai 23 Mei 2024, sebenarnya cukup berpotensi dengan letupan hasratnya menjadi sebuah genre aksi seru yang memiliki rasa Hollywood.
Namun, sepertinya proses pembuatan film ini juga teramat cepat, sehingga bagi saya (penulis) atmosfer thriller dan twistnya tidak didukung oleh kinerja plot yang ‘garang’.
Konsep twistnya tidak ada masalah bagi saya, tapi bagaimana penulis dan sutradara berupaya melumerkan twist juga bukan pekerjaan mudah. Belum lagi persoalan jahit-menjahit di dapur editing untuk urusan twisty, harus tampak detail.
Film “Sheriff: Narko Integriti” karya Syafiq Yusof,sebenarnyatak perlu terlalu lama memainkan durasi filmnya hingga 2 jam lebih. Bila saja di kompres lagi menjadi 100 menit, maka aroma twist film ini akan sangat terasa tanpa ‘dragging’.
Hanya saja pemutaran film ini terbatas di jaringan CGV, Cinepolis serta Platinum dan beberapa lainnya.
Leave a Comment
Semakin panjang durasi ini, bukan lagi pada pola treatmentcerita untuk mengajak penonton menebak-nebak siapa penjahat, pengkhianat, dan siapa dalangnya? -meski untuk saya tidak ada yang ‘greget’.
Maklum, sebagai penyuka film penuh aroma twist dan ketegangan, tentu saya bisa membedakan mana yang ‘berdaging’ dan mana yang biasa saja.
Formula twisty “Sheriff: Narko Integriti” menyerupai film Infernal Affairs (2002) milik Andrew Lau dan Alan Mak. Infernal Affairs yang dibintangi Andy Lau dan Tony Leung Chiu-wai.
Hollywood juga mendaur ulang film tersebut dengan judul The Departed (2006), karya Martin Scorsese yang dibintangi Leonardo DiCaprio dan Matt Damon.
Sheriffmengajak penonton untuk bermain dengan teka-teki ceritanya, meski bagi saya tak ada teka teki yang harus dijawab. Karena eksekusi plotnya juga agak tanggung.
Untuk menyampaikan ‘clue’ juga tidak menyentuh naluriah saya saat menonton. Bahwa, siapapun yang Sheriff sebut sebagai pengkhianat, dalang kejahatan atau bahkan musuh dalam departemen kepolisiannya sama sekali tidak membuat kejutan dari twistnya sendiri.
Adegan ledakan dengan efek api yang besar, juga hanya terekam datar saja. Artinya, bungkusan visual efek film ini biasa saja, tak ada yang luar biasa. Begitupun dengan adegan baku tembak pada babak terakhir cerita , mengalir bak film aksi Hongkong di tahun 80-an.”
“Ada adegan ketika Sheriffmengejar penjahat menggunakan motor lalu menabrak mobil dan terpental. Sayangnya, kenapa adegan ini tidak terekam dengan visual yang wah?!
Tapi untuk adegan baku hantam antara Sheriff(Zul Ariffin) dengan gembong narkotik Tony Ifrit (Aaron Aziz) cukup lumayanlah.
Sheriffmemang polisi cerdas dan terkesan keras dengan brewok klimisnya, tapi tidak berarti semua persoalan ia bisa jawab. Twistadalah plot cerita yang memutar, namun jika penanganan naskahnya sangat baik maka putaran itu juga tidak sisa-sia dengan alur yang ‘ngalor-ngidul’ alias mondar mandir.
“Shreiff: Narko Integriti” masih butuh energi besar untuk membungkusnya sebagai genre aksi seru, kejahatan yang padat dengan twist story tapi keren untuk di tonton.
Seperti yang terjadi dengan Usual Suspect (1996) atau Gone Girl (2014), punya kesunggguhan untuk mengajak penonton berpikir dengan teka-teki panuh kejutan.
Sementara sisi lainnya, sebagai film aksi seru, “Sheriff: Narko Integriti” cukup menariklah dengan penampilan para bintangnya.
Jangan salah yah, film ini laku puluhan juta Ringgit Malaysia sejak ditayangkan bulan April lalu. (DandungBondowoso)