Jakarta, 21 Agustus 2025 — Reuni biasanya hanya jadi ajang temu kangen. Namun, berbeda dengan alumni SMA se-Jakarta lulusan 1980-an. Dari nostalgia itulah lahir sebuah komunitas paduan suara yang kini dikenal dengan nama Happy Voice Choir.
Uniknya, siapa pun tak bisa sembarangan bergabung. Setiap calon anggota harus melewati proses audisi. Dari sekitar 100 pendaftar, hanya 80 yang lolos seleksi awal, lalu disaring lagi hingga terbentuk 30 anggota inti—generasi pertama Happy Voice Choir.
Obsesi Happy Pretty yang Jadi Nyata
Di balik lahirnya komunitas ini ada sosok Happy Pretty, musisi era 1980-an yang dikenal sebagai pemain trompet grup Pretty Sister. Setelah lama menekuni dunia pendidikan musik di Farabi dan Purwacaraka, ia menyimpan kerinduan yang belum terwujud: membentuk paduan suara.
“Selama ini saya melatih vokal individu, tapi obsesi saya adalah bikin paduan suara. Begitu ide ini saya lontarkan, langsung disambut teman-teman alumni,” ungkap Happy Pretty di sela latihan di Rumah Sarwono, Pasar Minggu.
Awalnya hanya alumni angkatan 1983 yang terlibat. Namun antusiasme membuat komunitas ini meluas hingga mencakup lulusan SMA Jakarta tahun 1980–1989.
Latihan Serius, Harmoni Tercipta
Bagi para anggota, ikut Happy Voice Choir bukan sekadar nostalgia. Mereka mendapat pelatihan vokal secara serius, mulai dari pernapasan, teknik nada, hingga harmoni.
“Saya sering ikut paduan suara, tapi baru di sini benar-benar belajar olah vokal. Jadi lebih paham teknik bernyanyi,” kata Andi Fadiya, alumni SMAN 6 Jakarta 1981.
Latihan rutin dilakukan dua kali seminggu dengan disiplin. “Saat latihan, semua fokus. Setelah itu baru boleh bercanda dan ngobrol,” jelas Happy Pretty.
Ragam Profesi, Satu Suara
Keistimewaan lain dari Happy Voice Choir adalah keberagaman latar belakang anggotanya. Ada arsitek, desainer, fashion stylist, hingga wartawan hiburan.
Gamal Putra, SE, anggota sekaligus Dewan Penasehat FORWAN (Forum Wartawan Hiburan Indonesia), mengaku bangga bisa terlibat. “Semoga komunitas ini bisa jadi inspirasi bagi generasi muda di tengah minimnya paduan suara di tanah air,” ujarnya.
Sementara itu, arsitek sekaligus desainer perhiasan Arie Bakrie mendukung lewat karya. Ia mendesain aksesori unik dari mutiara air tawar untuk para penyanyi wanita. “Setiap desain berbeda, tak ada yang sama,” kata pemilik brand Ndara Pearl ini.
Ada pula Ais Syarief, fashion designer yang merancang kostum panggung bernuansa merah putih untuk lagu Tanah Airku karya Ibu Soed. “Saya senang bisa bernyanyi sekaligus menambah semarak lewat busana,” ujarnya.
Kick Off Lewat Video Klip
Perjalanan perdana Happy Voice Choir ditandai dengan produksi video klip garapan Damar Hatmadi dari CDR Compact Digital Room. Menariknya, ia ikut terlibat karena sang istri adalah salah satu anggota choir.
“Awalnya cuma mendampingi, tapi akhirnya malah jadi sutradara. Semua ini karena semangat kebersamaan,” ujarnya.
Dengan harmoni suara, keindahan busana, dan visual yang kuat, Happy Voice Choir bukan sekadar komunitas nostalgia, melainkan wadah kreativitas yang menghasilkan karya nyata.
Selamat untuk Happy Voice Choir—harmoni alumni SMA Jakarta era 1980-an yang kini menggema dalam kebersamaan. Rul
