Bogor, Trenzindonesia | Desa Bojong Jengkol, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, tengah gencar merealisasikan program ketahanan pangan melalui pengelolaan lahan pertanian sebagai skala prioritas.

Salah satu langkah nyata adalah memanfaatkan lahan kavling seluas 5.000 meter persegi yang sebelumnya kurang produktif, kini difungsikan sebagai area percontohan pertanian. Lahan tersebut berada di dekat kediaman Kepala Desa Bojong Jengkol, Awaludin.
Kepada trenzindonesia.com, Awaludin menjelaskan visi besarnya untuk menjadikan desanya sebagai model ketahanan pangan di Kecamatan Ciampea.

“Saya memiliki niat untuk mencapai target Desa Ketahanan Pangan sekaligus menjadikannya sebagai pilot project di antara 13 desa di Kecamatan Ciampea,” ujar Awaludin.
Menurut Awaludin, upaya ini dilakukan secara bertahap mulai dari pengolahan lahan, pembibitan, hingga panen. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk RT, RW, dan generasi muda melalui Karang Taruna, menjadi kunci keberhasilan program ini. Ia berharap, melalui keterlibatan aktif masyarakat, kesadaran akan pentingnya ketahanan pangan semakin meningkat.

Sebagai desa yang dikenal sebagai pemasok utama singkong di wilayah Bogor Barat, Bojong Jengkol telah berkontribusi besar dalam penyediaan bahan baku untuk produk kripik singkong. Namun, Awaludin menyayangkan minimnya perhatian dari Pemerintah Kabupaten Bogor untuk mendukung pengolahan hasil panen.
“Sangat disayangkan, belum ada perhatian untuk membangun pabrik pengolahan singkong menjadi keripik. Padahal, ini bisa membuka lapangan kerja bagi warga dan membangun mental masyarakat untuk tidak hanya menjadi penonton,” tegasnya.

Selain singkong, hasil pertanian di desa ini mencakup berbagai jenis sayuran dan palawija, termasuk padi yang telah memasuki masa panen. Dengan potensi ini, Desa Bojong Jengkol diharapkan mampu menjadi contoh nyata bagi desa-desa lain dalam mendukung ketahanan pangan secara mandiri. (Igon/Fjr)