Jakarta, Trenzindonesia | Dalam suasana santai namun penuh makna, Menteri Kebudayaan Indonesia, Dr. Fadli Zon, M.Sc, menggelar dialog bertajuk “Ngopi Pagi” bersama komunitas budaya di Gedung A, Kompleks Kemendikbudristek.
Acara ini menjadi ajang penting untuk mempertemukan berbagai asosiasi profesi, komunitas budaya, serta lembaga terkait dari seluruh Indonesia.
Dengan didampingi Wakil Menteri Kebudayaan, H. Giring Ganesha Djumaryo, S.Ikom, Menteri Fadli Zon menyampaikan visi besar kementerian yang baru berdiri ini: memperkuat ekosistem kebudayaan nasional melalui kolaborasi erat antara pemerintah dan masyarakat.
Dalam sambutannya, Fadli Zon menegaskan bahwa Kementerian Kebudayaan berkomitmen menjadi “alat” yang memfasilitasi dan mendukung pelaku budaya untuk memajukan kebudayaan Indonesia.
“Kami ini alat. Alat ini harus diperalat, supaya kebudayaan kita maju. Kami ingin bergerak bersama masyarakat, menyatukan semua elemen untuk memajukan kebudayaan nasional,” ujar Fadli Zon.
Ia juga menekankan pentingnya mendengar masukan dari komunitas budaya, baik untuk kebijakan jangka pendek maupun jangka panjang. “Kita ingin memetakan potensi kolaborasi antara komunitas, asosiasi, dan pelaku budaya. Bersama, kita akan memperkuat kebudayaan bangsa,” tambahnya.
Dalam diskusi tersebut, Fadli Zon menyampaikan kebanggaannya atas kekayaan budaya Indonesia yang disebutnya bukan hanya “diversity,” tetapi “megadiversity.” Ia menekankan pentingnya menjaga dan memperkuat national treasure ini sesuai amanat Pasal 32 UUD 1945.
Indonesia kini memiliki 2.213 Intangible Cultural Heritage atau Warisan Budaya Tak Benda, dengan 13 di antaranya telah terdaftar di UNESCO, seperti Wayang, Keris, Batik, dan Gamelan. Pemerintah, lanjutnya, akan terus berupaya menambah daftar warisan budaya Indonesia di UNESCO, menjadikannya dikenal di kancah internasional.
“Ini adalah langkah besar untuk memastikan kebudayaan Indonesia tidak hanya dikenal di dalam negeri, tetapi juga di panggung dunia,” tegas Fadli Zon.
Acara ini juga menjadi wadah bagi 158 pelaku budaya dari lebih dari 50 komunitas dan asosiasi kebudayaan untuk berbagi pandangan dan memberikan masukan langsung. Beberapa di antaranya:
Ratri Anindyajati (Indonesia Dance Festival)
Agus Mulyana (Masyarakat Sejarawan Indonesia)
Ratna Riantriano (Teater Koma)
Naen Suryono (Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia)
Erasmus Cahyadi (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara/AMAN)
“Semua masukkan yang tadi disampaikan sangat penting, nanti akan kita jadikan pertimbangkan untuk kebijakan jangka pendek, jangka menengah. Kami juga terbuka jika Bapak-Bapak, Ibu-Ibu yang ingin memberikan masukkan secara tertulis,” tutup Menteri Kebudayaan. (Da_Bon/Fjr)
Bob Evansky
November 24, 2024Your comment is awaiting moderation.
Absolutely written articles, thank you for information. “He who establishes his argument by noise and command shows that his reason is weak.” by Michel de Montaigne.