Karya Putu Wijaya
Jakarta, Trenzindonesia | Setelah lama vakum, Teater Populer, salah satu tonggak seni pertunjukan Indonesia, kembali mempersembahkan lakon klasik karya Putu Wijaya, Dag Dig Dug.

Pementasan ini akan digelar pada Sabtu, 25 Januari, dan Minggu, 26 Januari 2025, pukul 19.00 WIB, di Teater Salihara, Jakarta. Pentas ini didukung oleh Bakti Budaya Djarum Foundation dan AP Production, dengan sutradara sekaligus aktor kawakan Slamet Rahardjo Djarot sebagai pengarah utama.
Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, menegaskan pentingnya dukungan terhadap Teater Populer.
“Teater Populer adalah warisan budaya yang perlu terus dijaga. Lakon Dag Dig Dug ini tidak hanya menghibur, tetapi juga menggugah pemikiran dan perasaan penonton dengan relevansi yang tetap kuat hingga saat ini,” ujarnya.

Lakon Dag Dig Dug menggambarkan dinamika kehidupan pasangan lanjut usia tanpa anak yang mengelola rumah indekos. Kejadian tragis datang ketika mereka menerima kabar bahwa Chaerul Umam, salah satu penghuni indekos, meninggal dunia akibat kecelakaan. Konflik muncul dari santunan kematian yang jumlahnya tidak sesuai dan perdebatan mengenai penggunaan dana tersebut.
Cerita ini menampilkan spektrum emosi manusia—kesedihan, kemarahan, kecurigaan—dalam situasi yang penuh intrik. Lakon ini juga menyoroti ketidakadilan yang dialami tokoh pembantu rumah tangga, Cokro, sebagai cerminan ketimpangan sosial.
Pementasan ini menjadi istimewa karena menghadirkan Slamet Rahardjo dan Niniek L. Karim sebagai pasangan utama. Keduanya sebelumnya memerankan tokoh yang sama dalam pementasan Dag Dig Dug pada 1977 di Taman Ismail Marzuki. Setelah 48 tahun, mereka kembali memainkan peran ini dengan interpretasi yang lebih matang.
“Teater adalah rumah saya. Meski usia bertambah, saya ingin menunjukkan bahwa teater adalah perjalanan yang tak pernah berakhir,” ujar Slamet Rahardjo.
Niniek L. Karim juga mengungkapkan rasa hormatnya kepada Teguh Karya, pendiri Teater Populer, yang telah membentuk kariernya di dunia seni. “Pementasan ini adalah penghormatan untuk Teguh Karya dan kesempatan untuk mengenang serta melanjutkan warisan Teater Populer,” katanya.

Selain Slamet Rahardjo Djarot (Bapak Salamun) dan Niniek L Karim (Ibu Hartati), pementasan ini melibatkan aktor-aktor ternama seperti Reza Rahadian (Giarto, pembawa berita), Donny Damara (Giarno, pembawa berita), Jose Rizal Manua (Cokro, pembantu rumah tangga), Kiki Narendra (Ibrahim), dan Onkar Sadawira (Tobing). Paquita Widjaja, yang dikenal sebagai seniman serba bisa, debut sebagai produser dalam produksi ini bersama Samuel Wattimena serta Taba Sanchabakhtiar selaku Co. Produser.
Turut membantu kerja Slamet Rahardjo Djarot sebagai Sutradara adalah Elly Luthan dan Eric Gunawan selaku Asisten Sutradara.
Team produksi terdiri dari Zamilia (Koordinator Produksi), Inet Leimena (Manajer Panggung) serta tim kreatif lainnya meliputi perancang kostum Samuel Wattimena, pengarah artistik Taba Sanchabakhtiar, Asisten Pengarah Artistik Chacha Dwi Siti Aisyah, Penata Cahaya Iwan Hutapea, serta komposer Adra Karim dan Indra Perkasa.
Sementara bertindak sebagai Penanggung Jawab Teknis Tri Rahardjo, Penanggung Jawab Properti Taslim Idrus, Kru Panggung terdiri dari Erik Lasmono, Jalu Djarot, Agung Riyadi, Tanarso, Yudith Hasyim, Hamid, Riza Yusuf, Set Builder & Property Parman X Set, Abdul Malikul, Pembisik Ego Heriyanto dan bagian Media adalah Dharmawan HW & Lance Mengong.
Pementasan ini juga tak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk Jawa Pos, IN Time, Bluebird, dan Sariayu Martha Tilaar, memastikan kualitas produksi tetap unggul.

Dengan naskah yang penuh kritik sosial dan relevansi terhadap situasi saat ini, Dag Dig Dug mengajak penonton untuk merenungkan kekacauan dalam kehidupan modern. Dialog yang tajam dan penuh makna menghubungkan cerita dengan kondisi masyarakat masa kini. (PR/Fjr) | Foto: Dok. Bakti Budaya Djarum Foundation