Opera ini akan menampilkan cerita kehidupan di era Majapahit dari sudut pandang seorang perempuan bernama Gitarja.
JAKARTA, Trenzindonesia | Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah memberikan dukungan penuh untuk Opera Majapahit: Gitarja, Sang Sri Tribhuwana, karya trilogi terbaru dari sutradara wanita berbakat, Mia Johannes, yang lebih akrab disapa Mhyajo.
Dalam sebuah acara Taklimat Media yang dipandu oleh Dion Momongan, di Gedung Kesenian Jakarta pada Senin (4/12/23), Mhyajo menjelaskan bahwa opera ini adalah sekuel kedua dari trilogi, dengan Gayatri: Sang Sri Rajapatni sebagai pentas pertama yang digelar di Teater Besar Jakarta, Taman Ismail Marzuki, pada Oktober 2022 dan di Trowulan, Mojokerto, Jawa Timur pada Sabtu (4/11/2023).
Kisah dalam trilogi ini membuka jendela sejarah pada abad ke-13, menyoroti tokoh-tokoh wanita Nusantara yang kuat dan berpengaruh. Mhyajo menyatakan bahwa meskipun berbentuk trilogi, setiap opera memiliki narasi, romansa, dan perjuangan yang berdiri sendiri. Opera Majapahit menjadi ikatan yang menghubungkan ketiganya.
“Warna yang saya ingin tegaskan adalah bahwa Nusantara pada abad XIII tidak hanya mencakup daerah atau etnis tertentu. Kali ini, kita akan menceritakan kisah seorang putri pertama dari kerajaan yang terkenal,” ungkap Mhyajo.
Opera Majapahit: Gitarja, Sang Sri Tribhuwana mengisahkan perjuangan Gitarja, putri permaisuri dari Kerajaan Majapahit pada abad ke-13. Kisah ini diadaptasi dari kitab Kakawin Nagarakertagama, dan menampilkan sentuhan multimedia dengan teknik holoscreen, termasuk penggunaan hologram.
Mhyajo membedakan Gitarja dari Gayatri, mengungkapkan, “Gayatri menceritakan sisi seorang yang bergelar Sri Rajapatni dalam masa kejayaan Majapahit, tapi Gitarja adalah anaknya yang dikenal bergelar Tribhuwana Tunggadewi dengan sentuhan unsur multimedia menggunakan teknik holoscreen, jadi akan ada hologram.”
Sutradara yakin bahwa Opera Majapahit: Gitarja, Sang Sri Tribhuwana akan membius penontonnya selama 1,5 hingga 2 jam pertunjukan. “Bukan karena kemodernan atau kecanggihan visual, bukan karena ilmu yang dimiliki oleh tim produksi, tetapi karena sejarah itu sendiri, cerita itu sendiri,” tegasnya.
Tim produksi dari GYTR.art, yang dipimpin oleh Mhyajo, telah sibuk dengan berbagai karya seni, termasuk pertunjukan kedua Gayatri Sang Sri Rajapatni pada November lalu. Pertunjukan itu diadakan di Museum Majapahit Trowulan dalam format pemutaran film teater dan konser musik.
“Karya seni seharusnya tidak kaku, melainkan mengalir seperti air. Selain Opera Majapahit, mungkin tahun depan akan ada instalasi kolase adegan dengan beberapa pelakon dan media di luar panggung,” tambah Mhyajo.
Dalam pementasan Opera Majapahit: Gitarja, Sang Sri Tribhuwana, Mhyajo akan didukung oleh Nino Prabowo sebagai narator, Franky Raden sebagai penata musik bersama Indonesia National Orchestra, Satya Cipta dan Bethu sebagai sinden, serta 12 orang pelakon yang kembali setelah sukses di pertunjukan pertama Gayatri Sang Sri Rajapatni. Pendukung lainnya termasuk Iwan Hutapea sebagai penata cahaya, Nabil Husein sebagai penata suara, dan Kleting Titi Wigati sebagai penata kostum.
Franky Raden, selaku penata musik, menyoroti tantangan dalam menggabungkan musik tradisional Indonesia dengan format opera. “Musik tradisional kita dihadapkan pada tantangan bagaimana digarap dalam bentuk opera. Itu benar-benar tantangan,” ungkapnya.
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi – Republik Indonesia menjadi pendukung utama, bersama dengan pihak lain seperti Sukhacita.
Ahmad Mahendra, Direktur Perfilman, Musik, dan Media Kemendikbudristek, menegaskan bahwa pementasan ini merupakan bagian dari upaya mempertunjukkan latar sejarah budaya Nusantara melalui karya seni. Mahendra mengakui bahwa Opera Majapahit ini adalah contoh kreativitas anak muda yang membawa nilai kebudayaan nasional dalam wujud yang inovatif dan kontemporer, tanpa kehilangan nilai otentiknya.
“Pentas Opera Majapahit ini memberi nilai tambah kepada wawasan tentang sejarah kehidupan nenek moyang dan perkembangan budaya Nusantara. Ini perlu dipahami, diketahui, dan ditonton oleh seluruh masyarakat Indonesia,” tambah Mahendra.
“Pentas Opera Majapahit ini juga dapat memberi nilai tambah cakrawala wawasan tentang sejarah kehidupan leluhur dan perkembangan budaya Nusantara. Dan penting untuk dipahami, diketahui, dan ditonton oleh seluruh masyarakat Indonesia,” tutup Mahendra.
Meta Amba Wana dari Kapokja Festival Kemendikbudristek menekankan bahwa dukungan ini merupakan bentuk apresiasi terhadap konsep kreatif Mhyajo dan timnya. Dengan mengangkat karakter wanita dalam konteks sejarah, Opera Majapahit tidak hanya menciptakan pertunjukan yang menarik, tetapi juga memberikan inspirasi tentang kekuatan perempuan dalam membentuk dan merawat sejarah.
Menurut Mhyajo, dari hasil perundingan dengan eksekutif producer yaitu mas Alexander Triyono, berbeda dengan Gayatri Sang Sri Rajapatni, maka dalam Opera Majapahit: Gitarja, Sang Sri Tribhuwana hanya memkai sedikit orang, tapi tidak mengurangi kesakralannya
Gitarja Sang Sri Tribhuwana menampilkan 12 pelakon yang berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti Riau, Batusangkar, Jakarta, Purwodadi, Ngawi, Rembang, Sleman, Gianyar dan lainnya.
Selain itu ada 2 tokoh narator yang diciptakan sebagai pembawa narasi yakni RA & SA. RA (RAvindra) yang mempunyai nama kuat seperti cahaya matahari. Berasal daribhumi, mempunyai cermin yang menjadi jembatan dan reflector atas SA (SANCHITA), sang perasa yang sangat memesona dan berkharisma menetap di nara dimana ia memeganf kunci serta gulungan sejarah bagi para manusia.
Septriani Cindy, penari asal Jambi menyatakan bahwa semua berjalan dan berproses sejak diberi kesempatan pada akhir Oktober untuk berperan sebagai Gitarja.
“ini cukup membuat saya tertantang, karena menjadi peran Gitarja juga gak gampang”, cetus Cindy.
Seperti telah dikemukakan sebelum ini, lewat kisah GITARJA, seperti juga GAYATRI, penonton akan diajak meresapi dan menikmati kekayaan dan kesakralan karakter wanita, seorang wanita nusantara. Sebuah serpihan sejarah nusantara, yang sudah saatnya digulirkan ke generasi penerus, tidak sekedar melalui jalur pendidikan formal semata.
Dan mhyajo memilih sebuah tema dasar pementasan trilogynya, menceritakannya seperti merawat (ibu) bhumi yang senantiasa memberikan kehidupan.
Pementasan Opera Majapahit : GITARJA Sang Sri Tribhuwana akan berlangsung pada kamis 7 Desember 2023, berdurasi sekitar 1,5 jam, bertempat di Gedung Kesenian Jakarta, pasar baru, yakni mulai pkl. 19.30 -21.00 WIB.
Untuk tiketnya terbagi dalam 4 pilihan yakni Platinum (Rp.500.000), Gold (Rp. 350.000), Silver (Rp.250.000) dan Bronze (Rp. 150.000). (PR/Fajar)